JAKARTA – PT Pertamina (Persero) pada Agustus 2021 akan mulai menjadi operator di Blok Rokan. Blok yang pernah memproduksi minyak lebih dari satu juta barel per hari (bph) itu kini sudah menurun jauh produksinya, namun tetap menjadi salah satu kontributor terbesar produksi minyak nasional.

Tidak sedikit yang meragukan Pertamina saat menjadi operator Blok Rokan nanti. Tentu tidak dapat dipungkiri bayang-bayang anjloknya produksi Blok Mahakam setelah dialih kelola dari PT Total E&P Indonesie pada 2017 masih membekas. Namun pemerintah melalui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) dan Pertamina sama-sama optimistis pengalaman buruk di Mahakam tidak akan terulang di Rokan.

Jaffee Arizona Suardin, Deputi Perencanaan SKK Migas, menegaskan keyakinannya Blok Rokan tidak sama seperti nasib Blok Mahakam lantaran sudah adanya kesepakatan antara pemerintah dan PT Chevron Pacific Indonesia. Perusahaan asal Amerika Serikat itu akan melakukan pengeboran pada masa transisi sejak Desember 2020 hingga kontraknya berakhir pada Agustus 2021.

“Kami optimistis. Kalau melihat ada natural decline selama dua tahun terakhir kan hampir tidak ada pengeboran sumur. Sekarang kan sudah ada. Dengan US$154 juta, kita bisa melihat sampai Agustus saja 100-200 sumur. Kami usahakan,” kata Jaffee dalam diskusi virtual, Kamis (5/11).

Pada 2020 Chevron akan mengelontorkan US$11 juta untuk mengebor 11 sumur dengan target produksi bertambah 500 bph. Lalu pada awal tahun akan dilakukan investasi US$143 juta untuk mengebor 107 sumur hingga Juli. Target tambahan produksinya sebesar 5.000 bph.

Itu belum ditambah dengan berbagai rencana yang telah disiapkan Pertamina sesaat setelah menjadi operator perusahaan migas plat merah itu akan langsung tancap gas melanjutkan kegiatan pengeborannya di Rokan.

“Ini di luar dari sumur yang akan dibor Pertamina yang baru masuk 9 Agustus 2021. Jadi penambahan sumurnya cukup signifikan. Jadi kami cukup optimistis. Memang dieksekusinya tidak mudah. Tapi dengan hitungan kita cukup optimistis,” ungkap Jaffee.

Budiman Parhusip, Direktur Utama Pertamina Hulu Energi (PHE), subholding upstream Pertamina optimistis dengan rencana yang ada penurunan produksi alami di blok Rokan bisa ditahan. Kemudian baru meningkat setelah 2022 nanti.

“Untuk Rokan, 9 Agustus 2021 kami langsung pengeboran sumur. Dan tahun 2022 lebih ditingkatkan lagi.  Kami menargetkan bisa menaikan produksi di tahun-tahun berikutnya” kata Budiman.

Selain kegiatan pemboran salah satu kartu “As” Pertamina dalam pengembangan Blok Rokan adalah dengan Enhance Oil Recovery (EOR) di sana. Pertamina menargetkan bisa menerapkan EOR paling cepat 2024 dan selambat-lambatnya pada 2025.

Budiman mengatakan mengelola Blok Rokan membutuhkan effort yang berbeda lantaran umur sumur-sumur maupun fasilitas produksi yang sudah tua, bahkan sudah hampir 90 tahun.

“Chemical EOR target dilakukan 2024-2025. Rokan ini lapangan yang sudah sangat berumur lebih dari 90 tahun. Perlu di manage dengan benar untuk bisa kurangi decline dan bisa tingkatkan produksi,” kata Budiman.(RI)