CILACAP – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) sebagai subholding Refining & Petrochemical Pertamina berkomitmen untuk mengimplementasikan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang berdampak pada masyarakat sekitar lokasi perusahaan. Salah satunya adalah pembentukan desa energi berdikari berupa pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) guna mengatasi persoalan yang ada di masyarakat seperti keterbatasan akses irigasi pertanian di areal persawahan tadah hujan.

Pertamina menggagas Program Desa Energi Berdikari Kalijaran yang berbasis pada pengelolaan integrated farming berbasis energi surya di  Desa Kalijaran, Kecamatan Maos, Cilacap. Program ini diresmikan oleh Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman, Kamis (2/11) .

Hadir dalam acara ini antara lain VP CSR & SMEPP Management Pertamina Fajriyah Usman yang secara resmi menyerahkan bantuan Solar PV yang dibangun atas kolaborasi Pertamina dan Subholding Power & Renewable Energy (PNRE) untuk Program Desa Energi Berdikari Kalijaran kepada Sekretaris Perusahaan KPI Hermansyah Y Nasroen, Kepala Dinas Pertanian Cilacap Susilan dan jajaran Muspika Maos.

Taufik menjelaskan Kecamatan Maos menjadi salah satu lumbung padi di Jawa Tengah yang sangat potensial dalam membantu swasembada pangan Indonesia khususnya Jawa Tengah. “Dari keterbatasan lahan irigasi tadah hujan dan sistem pertanian yang masih konvensional. Padahal Kalijaran memiliki potensi yang sangat baik, maka kami hadir menjadi bagian dari kemandirian ekonomi masyarakat melalui program TJSL Kilang Cilacap,” jelasnya.

KPI memberikan dukungan dengan program TJSL bertajuk “Masyarakat Pengelola Pertanian Berkelanjutan” atau disebut MAPAN senilai  lebih dari Rp270 juta. “Kami berharap Kalijaran menjadi sentra pertanian organik terintegrasi serta menjadi rujukan pengembangan pertanian modern berbasis energi baru terbarukan,” imbuhnya.

Kapasitas Pembangkit Tenaga Surya (PLTS) sebesar 9.700 wattpeak (WP) yang dipasang di tengah area persawahan digunakan untuk meningkatkan jumlah debit air untuk pengairan hingga 117.600 liter per hari dan produksi pupuk organik 70 kg/hari. “Selanjutnya meningkatkan siklus panen dari sebelumnya dua kali menjadi tiga kali per tahun, penghematan anggaran irigasi per hektare dari Rp1,5 juta untuk pembelian BBM menjadi Rp1 juta, serta peningkatan produksi pertanian dari 12 ton menjadi 12 ton ditambah 4 ton cabai per hektare selama 1 tahun,” ungkapnya.

Dampak lain dari penerapan program ini adalah Desa Kalijaran menjadi desa percontohan pengembangan EBT untuk pertanian dan menjadi tempat pengabdian masyarakat, salah satunya civitas Politeknik Negeri Cilacap (PNC). “Inovasi ini berdampak sangat baik bagi peningkatan pertanian masyarakat. Dengan demikian menjadikan kawasan Desa Kalijaran menjadi Desa Energi Berdikari yang sustainable di lingkungan, ekonomi serta sosial,” ungkapnya.

Fajriah menambahkan Desa Energi Berdikari merupakan program unggulan TJSL Pertamina yang berfokus pada pengembangan ekonomi berbasis EBT. Ketersediaan energi tersebut seterusnya dijadikan pendorong aktivitas perekonomian masyarakat seperti wisata, pertanian, industri rumah tangga dan lain-lain. “Pada dasarnya, ini bukan menyediakan listrik, tetapi menjadikan EBT sebagai energi untuk mendorong tumbuhnya aktivitas masyarakat,” katanya.

Program Desa Energi Berdikari Kalijaran merupakan program ke-76 yang dibentuk Pertamina. Menurut Fajriya, Pertamina akan melipatgandakan jumlah desa energi berdikari pada tahun depan. “Desa energi berdikari menjadi program TJSL unggulan Pertamina yang akan dikembangkan secara lebih intensif,” tegasnya.

Taufik menyatakan kehadiran Desa Energi Berdikari Kalijaran ini juga membuktikan komitmen KPI memenuhi aspek Enviromental, Social, dan Governance (ESG) secara terintegrasi dalam upaya menjaga keberlanjutan lingkungan dan masyarakat yang berfokus pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 7 yaitu Energi Bersih dan Terjangkau.

“Program-program yang kami rancang selalu diselaraskan dengan aspek ESG ke dalam strategi bisnis perusahaan serta memberikan manfaat bagi masyarakat agar berkembang dan berkelanjutan serta  menularkan ke masyakarat lainnya,” katanya.

KPI merupakan anak perusahaan Pertamina yang menjalankan bisnis utama pengolahan minyak dan petrokimia sesuai dengan prinsip ESG. KPI juga telah terdaftar dalam United Nations Global Compact (UNGC) dan berkomitmen pada Sepuluh Prinsip Universal atau Ten Principles dari UNGC dalam strategi operasional sebagai bagian dari penerapan aspek ESG.

Perusahaan akan terus menjalankan bisnisnya secara professional untuk mewujudkan visinya menjadi perusahaan kilang minyak dan petrokimia berkelas dunia yang berwawasan lingkungan, bertanggung jawab sosial serta memiliki tata kelola perusahaan yang baik.(*)