Chalid Said Salim, Direktur Operasi dan Produksi Pertamina EP.(Foto/Dok/Dunia-Energi)

JAKARTA – PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu migas menargetkan peningkatan aktivitas proses produksi minyak siap jual (lifting) minyak pada tahun ini. Ini juga sebagai respon dari keluhan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait lambatnya proses lifting sehingga memiliki selisih yang cukup jauh dengan produksi minyak.

Chalid Said Salim, Direktur Operasi dan Produksi Pertamina EP, mengatakan proses lifting menjadi concern perusahaan pada tahun ini. Pertamina EP, bahkan telah mengusulkan strategi lifting baru kepada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).

“Kami diskusi soal ini dengan SKK Migas, apakah dengan pemindahan titik serah. Contohnya, untuk minyak Pangkalan Susu, jadwal kami dua bulan sekali. Untuk menunjang itu kami lakukan Januari. Misalnya 200 ribu barel, jadi 89 ribu barel,” kata Chalid di Jakarta, baru-baru ini.

Chalid mengatakan budaya di perusahaan juga turut didorong untuk diubah. Jika dulu aktivitas lifting digenjot menjelang akhir tahun, kini dilakukan hampir setiap bulan.

“Contoh di Balongan, itu kami minta duluan. Kami juga ingin cepat, biar pendapatan langsung diterima. Salawati langsung direct ke RU VII, minyak dari Terminal Sorong ke Plaju, minyak itu biar saja di Sorong tadinya, kenapa dibawa ke Plaju,” kata Chalid.

Realisasi lifting minyak Pertamina EP pada kuartal I 2019 tidak mencapai 100% dari produksi alias baru mencapai 78.089 barel per hari (bph). Realisasi ini hanya 95,07% dari produksi minyak yang mencapai  82.139 bph.

Ignasius Jonan, Menteri ESDM, mengatakan tidak tercapainya target lifting minyak tidak lepas dari kegiatan lifting yang kerap terlambat. Untuk itu, intensitas kegiatan lifting minyak harus bisa ditingkatkan agar jumlahnya tidak jauh berbeda dengan minyak yang sudah diproduksikan.

“Saya juga tidak happy,  karena orang tanya lifting minyak. Tiap bulan itu harus sama atau lebih dari target. Jangan ditumpuk bulanan, kan ini harian. Kalau bisa, paling tidak seminggu” kata Jonan.

Rata-rata lifting minyak hingga kuartal I adalah sebesar 745 ribu barel per hari (bph). Sementara rata-rata produksi sebesar 764 ribu bph dengan target Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019 dipatok sebesar 775 ribu bph. Artinya ada selisih sekitar 21 ribu barel antara realisasi lifting dan produksi minyak.(RI)