JAKARTA – Pembangkit Litrik Tenaga Uap (PLTU) terus dijadikan biang kerok atas kondisi buruknya kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya dalam beberapa pekan terakhir. Faktanya ternyata PLN sudah membatalkan perencanaan pembangunan PLTU dengan total kapasitasnya mencapai 13 gigawatt (GW).

Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PLN, menyatakan dalam beberapa tahun terakhir perencanaan pengadaan pembangkit listrik terus dievaluasi PLN agar meminimalisir kehadiran pembangkit listrik berbahan batu bara yang baru.

“Sudah ada 13 gigawatt pembangkit listrik tenaga batu bara yang kita keluarkan dari perencanaan, fase perencanaan. Dan itu artinya mengurangi emisi gas rumah kaca skitar 1,8 miliar ton Co2 emisiion selama 25 tahun,” kata Darmawan disela pelaksanaan Nusantara Power Conncet 2023, Senin (11/9).

PLN kata dia juga sukses membatalkan kontrak batu bara sehingga ikut menekan penambahan emisi gas rumah kaca. “3 tahun lalu ada 1,3 GW PLTU batu bara yang sudah berkontrak dengan PLN berhasil kemudian dibatalkan artinya ini mengurangi emisi gas rumah kaca lebih dari 150 juta ton CO2 emission of Co2 selama 25 tahun.”ungkap Darmawan.

Selain itu dalam perencanaan juga porsi untuk pembangkit energi hijau atau Energi Baru Terbarukan (EBT) terus ditambah. “RUPTL yang paling hijau dalam sejarah PLN dan dalam sejarah Indonesia yaitu 51,6% penambahan kapasitasnya berbasis pada energi baru terbarukan,” jelasnya.

Dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) nanti PLN juga sudah menargetkan ada tambahan 32 GW EBT sebagai based load yang akan masuk ke dalam sistem ketenagalistrikan PLN.

Untuk mendukung penyaluran listrik berbasis energi hijau yang biasanya terdapat di wilayah pedalaman maka PLN juga terus mengembangkan transmisi atau smart grid transition.

“Ditambah smart control station ada Smart transmissions ada Transmart control station ada Smart distribution ada Smart meter sehingga dengan adanya perencanaan desain dan pembangunan Smart Grid dengan state of the art technology ini maka penambahan variabel renewable energy yang tadinya hanya mentok di 5 GW sampai tahun 2040, bisa ditambah menjadi 28 GW variabel renewable energi,” jelas Darmawan. (RI)