JAKARTA – Pemerintah lagi-lagi harus terlibat urusan cukup pelik dengan Chevron, perusahaan migas asal Amerika Serikat. Setelah negosiasi alot terjadi terkait masalah transisi alih kelola Blok Rokan, pemerintah harus kembali harus bersabar berurusan dengan Chevron untuk membahas kelanjutan proyek Indonesia Laut Dalam (Indonesia Deep Water Development/IDD). Pasalnya hingga saat ini belum ada kejelasan proyek tersebut dilanjutkan Chevron melalui anak usahanya PT Chevron Pacific Indonesia (CPI).

Dwi Soetjipto, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) pun terdengar jengkel ketika membeberkan kelanjutan dari proyek IDD. Menurut Dwi hingga kini pihak Chevron belum juga melaporkan update terbaru keputusan perusahaan apakah akan melanjutkan pengelolaan IDD atau tidak. Padahal saat ini sudah ada beberapa pihak lain yang sudah melayangkan keberminatan terhadap IDD.

“Mengenai proyek IDD saat ini kami masih tunggu laporan Chevron tindak lanjutnya. Kami juga sudah beberapa kali desak ke Chevron. Sesungguhnya ada pihak lain yang berminat dalam hal ini (IDD), tapi kami tunggu laporan resmi Chevron mengenai tindak lanjut IDD,” kata Dwi disela konferensi pers virtual, Jumat (17/7).

SKK Migas kata Dwi sudah berusaha mengejar pihak Chevron untuk memberikan penjelasan secara resmi tapi sampai sekarang belum ada tindak lanjut nyata dari manajemen Chevron Pacific.  Di sisi lain, SKK Migas menyadari bahwa kondisi makro ekonomi sekarang ditambah lagi dengan adanya pandemi Covid-19 pasti mempenggaruhi penilaian Chevron terhadap suatu proyek. Ini sebenarnya juga terjadi pada proyek-proyek besar migas lainnya di dunia.

“Pasti ini tidak boleh berlarut-larut dan kami sudah desak chevron tapi sehubungan dengan adanya Covid di mana segala kegiatan direview proyek ini agak terlmabat juga harga minyak rendah, evaluasinya menjadi sangat terganggu. Siapapun investor akan masuk kalau tingkat kekonomian ini. Dengan adanya pandemi ini memang ganggu proyek-proyek besar dunia. Kami terus desak Chevron status proyek (IDD) ini,” tegas Dwi.

SKK Migas sebenarnya sudah pernah menyatakan bahwa ada potensi Chevron melepas proyek IDD. SKK Migas dijanjikan oleh pihak Chevron kepastian kelanjutan rencana mereka di IDD pada Februari tahun ini, tapi keputusan dari Chevron tidak kunjung diberikan.

Proyek IDD Chevron merupakan, proyek IDD tahap dua meliputi pengembangan lapangan Gendalo-Gehem. Chevron (sebagai operator) memegang 63% hak partisipasi di Proyek IDD (secara agregat), bersama mitra joint venture lainnya, yaitu ENI, Tip Top, Pertamina Hulu Energi, dan para mitra Muara Bakau.

Pengembangan Gendalo-Gehem termasuk pengembangan dua hub terpisah masing-masing memiliki FPU, pusat pengeboran bawah laut, jaringan pipa gas alam dan kondensat, serta fasilitas penerimaan di darat. Rencananya gas alam hasil produksi dari proyek IDD akan dijual untuk kebutuhan dalam negeri dan diekspor dalam bentuk gas alam cair.

Estimasi produksi puncak proyek ini mencapai 844 juta kaki kubik per hari (mmscfd) serta produksi minyak sebesar 27 ribu barel per hari (bph). SKK Migas sempat menargetkan proyek rampung atau onstream pada kuartal IV 2026 dengan kebutuhan biaya mencapai US$6.98 miliar.(RI)