JAKARTA-Produksi batu bara dua anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI), yaitu PT Arutmin Indonesia dan PT Kaltim Prima Coal (KPC), memperoleh hasil berbeda sepanjang Januari dan Februari 2019.

Produksi batu bara Arutmin pada Februari naik 5% menjadi 1,7 juta ton dari 1,6 juta ton pada Januari 2019. Sementara itu, produksi KPC turun 6% menjadi 4,8 juta ton dari Januari 5,1 juta ton karena faktor cuaca.

“Produksi Arutmin diproyeksikan kembai normal dan mencapai 2,4 juta ton pada Maret 2019,” ujar Dileep Srivastava, Direktur Bumi Resources, dalam laporan bulanan, Kamis (4/4).

Tahun ini, Arutmin ditargetkan bisa memproduksi batu bara 30 juta ton dengan asumsi harga jual rata-rata (average selling price/ASP) US$ 50 per ton. Adapun KPC ditargetkan mampu memproduksi 60 juta ton dengan ASP US% 61 per ton hingga akhir 2019.

Dileep sebelumnya menyatakan Bumi Resources mengungkapkan pada 2019 akan fokus menggenjot batubara berkalori tinggi menjadi 8 juta ton-9 juta ton dari Arutmin. Guna mencapai target produksi, Bumi Resources sudah menyiapkan belanja modal sebesar US$ 60 juta untuk pemeliharaan.

Dileep menyatakan, tren penurunan harga batubara berkalori rendah masih menjadi tantangan utama untuk tahun ini. Sebagai informasi, harga batubara acuan (HBA) pada Januari 2019 turun tipis menjadi US$ 92,41 per ton ketimbang HBA bulan Desember 2018 yang sebesar US$ 92,51 per ton. Tren HBA terus turun dalam enam bulan terakhir. Tak heran bila Bumi Resources memacu produksi batubara berkalori tinggi yang harganya cenderung stabil.

Pada 2018, Bumi Resources mencatat pendapatan total sebesar US$ 1,11 miliar, naik sebesar 6.302% dibanding 2017 yang hanya sebesar US$ 17,36 juta. Kenaikan itu terjadi lantaran ada perubahan metode akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tahun tersebut.

Karena adanya standar akuntansi atas pengaturan bersama yang diatur dalam PSAK 66 membuat kinerja keuangan dari anak perusahaannya, yaitu PT Arutmin Indonesia (Arutmin) dan PT Kaltim Prima Coal (KPC) ikut dikonsolidasikan ke laporan keuangan perusahaan sejak awal 2018.

Sebelumnya, laporan kinerja Arutmin dan KPC tidak terkonsolidasi di keuangan Bumi Resources. Selain itu, per tanggal 31 Desember 2017, perusahaan secara resmi menambah kepemilikan Arutmin menjadi 90%, dari yang tadinya 70%. Dengan demikian, beban pokok pendapatan juga ikut naik menjadi US$ 965,3 juta dan menyebabkan laba kotor perusahaan tahun 2018 tercatat meningkat pesat sebesar 744% (year-on-year) ke posisi US$ 146 juta dari yang hanya US$ 17,36 juta pada 2017.

Namun demikian, perseroan sepanjang tahun 2018 hanya mampu membukukan laba bersih sebesar US$ 220,41 juta, yang artinya turun 41% dari 2017 yang mencapai US$ 373,25 juta. (RA)