JAKARTA– PT Central Omega Resources Tbk (DKFT), emiten pertambangan mineral logam, tengah menyiapkan penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Tambahan dana dari HMETD itu dialokasikan untuk pembangunan pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter) feronikel tahap II di Morowali Utara, Sulawesi Tengah.

Feni Silvani Budiman, Direktur Omega Resources, menyatakan perusahaan akan melakukan penambahan modal dengan memberikan HMETD dengan jumlah maksimal saham baru yang diterbitkan sebanyak-banyaknya 9,3 miliar saham. Rencana aksi korporasi tersebut perlu persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan digelar pada 27 Februari 2019.

“Jangka waktu pelaksanaan rights issue selama 12 bulan setelah persetujuan RUPSLB,” ujar Feni dalam keterbukaan informasi kepada Otoritas Bursa.


Smelter feronikel Central Omega di Morowali Utara, Sulawesi Tengah. (foto: ist/Dunia-Energi

Menurut Feni, rencana rights issue akan berdampak positif karena memperbaiki struktur modal perseroan. Dengan adanya tambahan pendanaan, Central Omega segera dapat memulai pembangunan smelter tahap II di Morowali Utara.

Central Omega memiliki kapasitas produksi 3 juta ton per tahun untuk penambangan bijih nikel dan 100.000 ton per tahun untuk pabrik smelter FeNi. Kedua operasional berlokasi di Morowali Utara, Sulawesi Tengah.

Manajemen Central Omega sebelumnya menyatakan, pembangunan smelter tahap II akan dilaksanakan pada 2019 dengan dana sebesar US$ 500 juta. Saat pembangunan smelter I perseroan mengeluarkan dana sebesar sekitar US$ 100 juta.

Dengan pembangunan smelter tahap II ini, akan memngaruhi kondisi keuangan Central Omega. Mengutip informasi dari keterbukaan, perusahaan menargetkan pendapatan sebesar Rp1,2 triliun pada 2018. Angka ini belum maksimal lantaran baik smelter maupun tambang penjualan yang dibukukan baru 50% dari produksinya. Sedangkan proyeksi laba bersih sebesar Rp 117 miliar pada 2018. (RA)