JAKARTA – Kecewa. Itu bisa jadi salah satu kata untuk mendeskripsikan kenyataan bahwa ternyata cadangan gas di Blok Sakakemang tidak sebesar seperti yang sempat diumumkan oleh Repsol, operator blok tersebut pada tahun 2019. Iming-iming cadangan sebesar 4 Triliun Cubic Feet (TCF) akhirnya benar-benar tidak terwujud karena pada akhirnya bahkan cadangan yang terbukti tidak lebih besar rencana pengembangan atau Plan of Development (POD) yang telah disetujui pemerintah.

Hadi Ismoyo, Sekretaris Jendral Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI), mengungkapkan sebenarnya satu sumur langsung klaim P1 juga pernah ada case. Namun nampak jelas sekali dalam seismik , DHI (Direct Hydrocarbon Indicator), tanpa adanya Fault.

“Operator terlalu cepat mengambil kesimpulan hanya dengan satu sumur explorasi,” kata Hadi kepada Dunia Energi, Senin (23/5).

Menurut Hadi, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) turut andil terhadap kondisi blok Sakakemang. Dia menilai SKK Migas sudah sepatutnya mengawal kepastian cadangan di Sakakemang sebelum diumbar kepada publik.

“Jelas. SKK ikut berperan. Seharusnya check and recheck. Pedoman perhitungan cadangan di SKK kan ada. Ada SOP-nya yang dibikin oleh para pakar, yang selama ini dipakai patokan untuk membantu menghitungan cadangan untuk keperluan POD. Sangat jelas sekali,” jelas Hadi.

Selain SKK Migas yang harus cermat dalam mengawal pekerjaan kontraktor, untuk memastikan cadangan migas yang ada maka kontraktor sudah sepatutnya menunjuk pihak ketiga unutk menilai kemungkinan cadangan. Menurut Hadi, sudah banyak lembaga kompeten di Tanah Air yang bisa mengukur pontesi cadangan.

“Tanyalah sama ahlinya yang memang kompeten menghitung cadangan, bisa Lemigas atau BRIN sekarang ya. Atau LAPI ITB. Lembaga Riset ITB. Mereka banyak pakar yang memang menggeluti bidang ini dan sesuai kompetensi (kaidah engineering),” ujar Hadi.

Blok Sakakemang hampir dipastikan tidak akan dikembangkan secara full scale atau dengan kapasitas produksi yang maksimal. Hal ini dikarenakan kondisi cadangan migas yang dibawah perkiraaan.

Benny Lubiantara, Deputi Perencanaan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), menjelaskan berdasarkan temuan di sumur KBD-2X blok Sakakemang diperkirakan potensi sumber dayanya mencapai 2 TCF. Namun. menurut dia, temuan tersebut memang masih harus dipastikan melalui rangkaian kegiatan tambahan.

“Kami dari subsurface saat itu memahami bahwa untuk lapisan fracture basement, dengan data terbatas dari satu sumur, klaim tersebut masih mengandung ketidakpastian yang cukup tinggi. Hal ini yang mungkin saat itu tidak terlalu diekspos, karena di media masih euforia bahwa ada discovery sekian TCF,” kata Benny.

Dia menjelaskan berdasarkan hasil pemboran sumur KBD-3X , dilihat hasil analisa LDT (Long Duration Test) ternyata low productivity. Saat ini SKK Migas dan kontraktor kata Benny sedang membahas kemungkinan perubahan skenario POD early production yang sudah disetujui sebelumnya, supaya tetap bisa jalan secara ekonomis. Tapi, Benny memastikan gas dari Blok Sakakemang tidak akan diproduksikan dengan kapasitas penuh atau maksimal.

“Namun, tidak ada rencana POD full scale nya karena hasil sumur KBD-3x ternyata tidak sesuai harapan,” ungkap Benny. (RI)