JAKARTA – Pemerintah meminta para pelaku usaha tambang batu bara menyadari pentingnya hilirisasi batu bara seiring dengan permintaan batu bara di luar negeri akan makin berkurang. Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan dua negara utama tujuan ekspor batu bara Indonesia, yakni China dan India sama-sama mengurangi penggunaan batu bara.

“Jadi batu bara saat ini demand (kebutuhan) sedang turun. Konsumen besar China dan India mereka lagi melakukan shifting energi dari batu bara ke alternatif energi. Ini akan menekan industri batu bara kita. India ini sudah merencanakan 450 Gigawatt (GW) Energi Baru Terbarukan (EBT). Padahal India adalah nomor dua konsumen ekspor kita,” kata Arifin, Rabu malam (27/11).

Langkah-langkah pemanfaatan batu bara di dalam negeri harus segera diambil sehingga Domestic Market Obligation (DMO) bisa meningkat. Kebutuhan batu bara untuk pembangkit memang meningkat, tapi jumlahnya tidak akan signifikan. Ini bisa dilihat dari realisasi DMO dari tahun ke tahun, batu bara menjadi andalan, namun tidak memenuhi target.

Menurut Arifin, tidak hanya dimanfaatkan untuk bahan bakar pengganti LPG, hilirisasi batu bara juga bisa menghasilkan produk senyawa gas yang bisa dijadikan sebagai bahan baku petrokimia. Saat ini hilirisasi tersebut kurang dilirik karena dinilai masih mahal, namun seiring perkembangan waktu dan teknologi seharusnya biaya pengolahan batu bara bisa lebih murah.

“Kita harus ada langkah-langkah memanfaatkan batu bara, mengembangkan industri baja jadi kokas untuk bahan bakarnya. Atau bisa juga memanfaatkan menjadi hidrokarbon gasifikasi produk-produk petrokimia, memang masih mahal sekarang ini,” kata Arifin.

Bambang Gatot Ariyono, Direktur Jenderal Mineral dan Batu bara (Minerba) Kementerian ESDM, mengakui hilirisasi batu bara tidak banyak dilirik lantaran belum ada success story-nya di Indonesia. Untuk itu, dia berharap proyek gasifikasi batu bara yang sedang dilakukan oleh PT Bukit Asam Tbk bersama dengan PT Pertamina (Persero) bisa segera terealisasi. Proyek tersebut bisa menjadi contoh hilirisasi, sehingga perusahaan lain juga mau mengambil langkah serupa. “Kan ada yang Bukit Asam sama Pertamina, itu bisa jadi benchmark, biar diikuti sama perusahaan lain,” katanya.(RI)