JAKARTA – PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menargetkan volume penjualan emas 2019 sebesar 30 ton, naik dibanding realisasi tahun lalu 25 ton. Selain emas, volume penjualan feronikel juga ditargetkan naik.

“Kalau di 2019, tentu fokus ke emas. Kita mau meningkatkan penjualan hingga 30 ton,” kata Arie Ariotedjo, Direktur Utama Antam di Jakarta, akhir pekan lalu (1/2).

Untuk feronikel, anggota holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tambang itu mematok penjualan 30 ribu ton nikel dalam feronikel (TNi), naik dibanding realisasi tahun lalu sebesar 24.135 TNi.

Menurut Arie, peningkatan penjualan feronikel kata Arie akan ditopang dari mulai beroperasinya pabrik smelter di Halmahera.
“Pertengahan tahun ini smelter di Halmahera selesai, kapasitas 13.500 TNi. Jadi itu kenapa feronikel targetnya naik,” tukasnya.

Selain itu, Antam juga menargetkan adanya peningkatan produksi bijih mineral, khususnya nikel dan bauksit. Saat ini perseroan masih menunggu persetujuan ekspor bijih mentah dari pemerintah. “Ore ya semoga bisa lebih baik dari tahun lalu, kami tunggu izin ekspor,” kata Arie.

Sepanjang 2018, Antam membukukan pendapatan Rp25,22 triliun, naik 99% dibanding raihan 2017 sebesar Rp12,65 triliun. Kenaikan pendapatan Antam ditopang pendapatan dari penjualan emas yang mencapai Rp16,69 triliun atau 66% dari total pendapatan 2018.

Volume penjualan emas sepanjang 2018 tercatat sebagai raihan tertinggi sepanjang sejarah perusahaan yakni sebesar 896.812 ounce, melonjak 111% dibanding 2017 sebesar 424.454 ounce. Dari total volume penjualan emas 2018, 62.919 ounce diantaranya berasal dari produksi tambang Pongkor dan Cibaliung yang dioperasikan Antam. Sisanya, berasal dari pembelian kepada pihak ketiga.

Selain emas, kontribusi pendapatan Antam lainnya berasal dari penjualan feronikel yang pada 2018 mencapai Rp4,74 triliun, naik 47% dibanding raihan 2017 sebesar Rp3,22 triliun. Feronikel tercatat memberikan kontribusi 18% terhadap pendapatan Antam tahun lalu.

Lonjakan pendapatan Antam pada tahun lalu juga ditopang peningkatan pendapatan dari penjualan bijih nikel. Pada 2018, Antam menjual 6,33 juta wet metrik ton (wmt), naik 115% dibanding 2017 sebesar 2,93 juta wmt. Seiring kenaikan volume penjualan, pendapatan Antam dari penjualan bijih nikel naik 117% menjadi Rp2,98 triliun pada tahun lalu dibanding 2017 sebesar Rp1,36 triliun.

Antam juga meraih pendapatan Rp459 miliar dari hasil penjualan bijih bauksit 920 ribu wmt, naik 9% dibanding 2017 yang mencapai 838 ribu wmt.(RI)