JAKARTA – Pemerintah Indonesia menegaskan akan turut ambil bagian dalam mencapai Net Zero Emission yang sudah dicanangkan negara-negara lain di dunia. Sejumlah negara telah mematok target Net Zero Emission pada  2050, sementara Indonesia paling lambat pada 2060 atau bisa juga lebih cepat.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan ada beberapa strategi di bidang energi untuk mencapai target tersebut. Pertama, adalah dengan mengembangkan energi baru dan terbarukan secara masif.

Pembangunan secara masif tersebut ditunjukkan antara lain pembangkit listrik dari semua potensi energi terbarukan (EBT) akan dibangun, kemudian pemanfaatan Battery Energy Storage System semakin meningkat seiring dengan semakin masifnya penggunaan EBT, serta penerapan teknologi sel bahan bakar hidrogen.

Lalu yang menarik adalah pemerintah ternyata juga masih menaruh harapan besar terhadap pengembangan energi nuklir. “Untuk menjaga keandalan sistem diperlukan teknologi yang handal antara lain seperti storage dan pembangkit listrik tenaga nuklir,” kata Arifin, di sela-sela diskusi virtual, Senin (20/9).

Strategi lainnya adalah dengan melakukan pengurangan pemanfaatan energi fosil, antara lain melalui penghentian PLTU dan PLTGU sesuai usia, tidak ada tambahan PLTU baru kecuali yang telah berkontrak atau sedang konstruksi. “Serta penerapan teknologi CCS/CCUS pada kegiatan migas dan pembangkit listrik, serta konversi PLTD ke pembangkit EBT,” ungkap dia.

Menurut Arifin pengembangan Super Grid Nusantara untuk menghubungkan sistem kelistrikan antar pulau-pulau besar, serta Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara harus direalisasikan. Adanya Super Grid tersebut memungkinkan setiap daerah untuk melakukan ekspor dan impor pasokan listrik pada saat kelebihan dan kekurangan. “Selain itu, pengembangan smart grid dan smart meter juga akan dilakukan secara masif,” kata Arifin.

Kementerian ESDM mencatat kebutuhan energi final di 2060 diprediksi akan mencapai 365 Million Tonne of Oil Equivalent (MTOE). Listrik diperkirakan akan mendominasi untuk energi final, khususnya di sektor penggunaan seperti sektor industri dan rumah tangga.

Arifin menilai dukungan swasta sangat diharapkan untuk merealisasikan program dari pemerintah ini. Dalam proyeksi Kementerian ESDM, untuk menuju net zero emission, sektor energi akan berkontribusi mengurangi emisi 1.526 juta ton CO2.