JAKARTA – Mempensiunkan seluruh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara di Indonesia pada tahun 2045 menjadi faktor penentu tercapainya bebas emisi tahun 2050 sesuai dengan
Persetujuan Paris untuk membatasi kenaikan temperatur rata-rata di bawah 1,5 derajat Celcius.

Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), menyampaikan bahwa menurut kajian IESR pada tahun 2030 Indonesia perlu menghentikan pengoperasian PLTU batu bara sebesar 9,2 GW dan seluruh unit PLTU pada 2045.
“Adanya klausul yang memberikan mandat bagi Kementerian ESDM untuk menyiapkan peta jalan percepatan pengakhiran masa
operasional PLTU pada Perpres 112/2022 merupakan langkah awal yang baik,” ujarnya, dalam Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW) 2022, Senin(10/10).

Rida Mulyana, Sekretaris Jenderal ESDM, dalam kesempatan yang sama mengatakan bahwa Perpres 112/2022 akan memberikan iklim investasi yang menarik serta pemberian insentif bagi energi
terbarukan. Menurut dia, saat ini merupakan momentum yang baik untuk menggenjot pemanfaatan energi
terbarukan di tengah tingginya harga energi fosil. Selain itu, permintaan konsumen terhadap energi yang
bersumber dari energi bersih pun semakin meningkat.

Rida mengungkapkan bahwa pemerintah telah membuat strategi untuk menurunkan pengoperasian PLTU secara bertahap dengan penetapan kontrak maksimal 30 tahun.
“Kapasitasnya (PLTU) akan meningkat hingga 2030 dan setelahnya tidak ada pembangunan PLTU baru, dan PLTU terakhir akan pensiun pada 2058,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada 2060 atau lebih cepat sesuai
dengan target pemerintah, pihaknya juga berencana membangun supergrid untuk menggenjot pengembangan energi terbarukan sekaligus menjaga stabilitas kelistrikan. Hal ini akan membuka peluang untuk mengekspor listrik ke negara ASEAN lainnya, serta terhubung ke ASEAN supergrid.

“Untuk mendukung dan mengakselerasi energi terbarukan, Indonesia membutuhkan US$1 triliun pada tahun 2060 untuk pembangkitan dan transmisi energi terbarukan. Kebutuhan akan pembiayaan akan semakin besar seiring dengan rencana Indonesia untuk melakukan pensiun dini PLTU di tahun mendatang,” kata Rida.

Kebutuhan pembiayaan ini akan semakin menurun jika teknologi energi terbarukan semakin murah.
Selain itu penerapan Perpres 112/2022, pelaksanaan program pensiun PLTU, tersedianya kemudahan perizinan bagi energi terbarukan, pendampingan, dan sosialisasi tentang regulasi energi terbarukan akan mendorong pengembangan energi terbarukan di Indonesia.

Vivi Yuliawati, Plt Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam, menyebutkan untuk melaksanakan strategi net zero emissions pada 2060, hal yang krusial adalah memformulasikan kebijakan teknikal untuk memuluskan transisi energi.

Ia berharap hasil diskusi dari ISEW 2022 ini dapat menjadi bahan dasar penyusunan RPJMN 2025-2029 dan RPJP sampai 2045 oleh Bappenas terkait transisi energi sehingga mampu memitigasi dampak transisi terhadap sosio ekonomi masyarakat indonesia.
“Tidak cukup hanya teknologi energi terbarukan, namun perlu orkestrasi kapasitas kepada masyarakat untuk membangun kapasitas baru di energi terbarukan,”ujar Vivi.

Narasi transisi energi yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat juga didorong pada ISEW 2022.
“ISEW hadir untuk memfasilitasi diskusi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, bahkan seluruh pihak yang terdampak dari transisi energi. Selain itu juga, menjaga momentum menuju KTT G20 pada bulan November dengan membahas salah satu isu utamanya yakni transisi energi,” ujar Lisa Tinschert, Director
Energy Program Indonesia/ASEAN GIZ.

ISEW terselenggara atas kerjasama Indonesia Clean Energy Forum (ICEF), Institute for Essential
Services Reform (IESR), dan Clean, Affordable, Secure Energy for Southeast Asia (CASE). CASE merupakan sebuah program kerjasama antar dua negara, yakni Indonesia – Jerman (Direktorat
Ketenagalistrikan, Telekomunikasi, dan Informatika, Kementerian PPN/Bappenas, dan didanai oleh Kementerian Perekonomian dan Aksi Iklim Pemerintah Federasi Jerman). Sebelumnya, diskursus transisi energi di Indonesia secara rutin dilakukan pada acara Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD), yang
tahun ini berpartisipasi dalam ISEW 2022. Perdana dilakukan pada 2022, ISEW akan berlangsung selama 5 hari dari 10-14 Oktober 2022 dengan tema Reaching Indonesia’s Net Zero Energy System: Unite for Action and Strategy.(RA)