NEW YORK – Harga minyak mentah di pasar global naik tipis pada akhir perdagangan Kamis atau Jumat (8/3) pagi WIB. Hal ini ditopang oleh pengurangan pasokan yang dipimpin Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) serta sanksi-sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap eksportir Venezuela dan Iran, tetapi kenaikannya dibatasi oleh jatuhnya pasar saham dan kekhawatiran baru atas pertumbuhan permintaan.

Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, naik US$0,44 menjadi menetap pada US$56,66 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei naik US$0,31 menjadi ditutup pada US$66,30 per barel di London ICE Futures Exchange.

“Gambaran besarnya adalah fundamental jangka pendek sangat kuat,” kata Analis Price Futures Group, Phil Flynn, di Chicago seperti dilansir antaranews.com. “Masih ada sedikit kekhawatiran tentang persediaan.”

OPEC dan sekutunya seperti Rusia, tahun ini berupaya memangkas produksi dan memperketat pasar minyak yang telah mendukung harga.

Para pedagang menyatakan, sanksi-sanksi Amerika Serikat terhadap industri minyak anggota OPEC Iran dan Venezuela juga berdampak pada masa depan.

PDVSA, perusahaan migas milik Venezuela, pekan ini mengumumkan keadaan darurat maritim. Mereka beralasan kesulitan mengakses tanker-tanker dan personel untuk mengekspor minyaknya karena sanksi-sanksi.

Kelanjutan disiplin produksi Arab Saudi dan kesulitan Venezuela di bawah sanksi-sanksi Amerika Serikat menyebabkan produksi minyak mentah OPEC turun menjadi 30,80 juta barel per hari (bph) pada Februari, menurut survei S&P Global Platts yang dirilis Kamis (7/3).

Saat AS menerapkan kembali sanksi terhadap Iran pada November, Washington memberikan keringanan kepada delapan pembeli minyak Iran. Keringanan yang memungkinkan mereka untuk membeli minyak mentah dalam jumlah terbatas selama 180 hari.

Washington telah menekan pemerintah-pemerintah ini untuk secara bertahap mengurangi impor minyak mereka dari Iran menjadi nol, tetapi para importir tetap dalam pembicaraan mengenai kemungkinan perpanjangan.

Sementara itu, India ingin terus membeli minyak Iran pada level saat ini sekitar 300.000 barel per hari (bph), ketika mereka bernegosiasi dengan Washington tentang perpanjangan keringanan sanksi-sanksi melampaui awal Mei, dua sumber di India yang mengetahui tentang masalah tersebut mengatakan.

Tanda-tanda permintaan yang kuat untuk produk olahan dari data Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu (6/3) juga membuat harga minyak naik.

Namun, harga tertekan pada Kamis (7/3) oleh kekhawatiran seputar ekonomi Eropa, yang mendorong Wall Street lebih rendah dan memicu kekhawatiran tentang permintaan minyak global.

Untuk menstimulasi ekonomi zona euro yang sedang kesulitan, Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis (7/3) menunda waktu kenaikan suku bunga pertama pasca-krisis ke tahun berikutnya paling cepat, dan menawarkan putaran baru uang tunai multi-tahun kepada bank-bank.

Di sisi lan, minyak tetap dalam pasokan berlimpah berkat lonjakan produksi AS. Produksi minyak mentah AS berada pada rekor 12,1 juta barel per hari pekan lalu. (RA)