JAKARTA – Konversi bahan bakar minyak (BBM) ke gas untuk nelayan terus digenjot pemerintah menjelang akhir 2017. Kali ini giliran 471 nelayan di Kecamatan Labuhan Haji, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) mendapat jatah paket perdana converter kit.

Ego Syahrial, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan pembagian paket converter kit yang dilaksanakan di Pelabuhan Labuhan Haji merupakan bagian dari 2.000 unit paket perdana converter kit yang dialokasikan untuk Kabupaten Lombok Timur.

“Kabupaten Lombok Timur mendapatkan jatah yang terbesar dari seluruh kabupaten yang ada di Indonesia,” kata Ego, Selasa (7/11).

Pembagian paket perdana converter kit untuk kapal perikanan milik nelayan kecil di Kabupaten Lombok Timur telah dilakukan sejak 4 Oktober 2017. Hingga 4 November 2017, sebanyak 1.438 paket di lima wilayah kecamatan telah dibagikan, yaitu Kecamatan Pringgabaya (228 paket), Kecamatan Sambelia (244 paket), Kecamatan Jerowaru (160 paket), dan Kecamatan Keruak (realisasi 806 dari 897 paket).

Pemerintah menargetkan pada 18 November nanti, seluruh paket converter kit yang mencapai 2.000 unit telah terdistribusikan.

Paket perdana converter kit untuk nelayan kecil terdiri dari mesin kapal, converter kit plus pemasangan. Serta tabung LPG 3 kg berikut isi.

Sepanjang 2016, pemerintah telah mendistribusikan 5.473 unit paket perdana converter kit di 10 kota dan kabupaten di lima provinsi. Tahun ini akan dilaksanakan pembagian sebanyak 17.081 unit paket perdana converter kit di 28 kabupaten dan kota, termasuk di Kabupaten Lombok Timur sejumlah 2.000 paket.

Berdasarkan data rata-rata nelayan yang telah menggunakan LPG sebagai bahan bakar, terjadi penghematan yang cukup signifikan jika dibandingkan menggunakan BBM.

Secara rata-rata kalau nelayan memancing 10 jam, menggunakan BBM harganya Rp6.450 per liter dan rata-rata butuh tujuh liter. Artinya nelayan perlu mengeluarkan sekitar Rp45.150. Dengan LPG, hanya cukup satu tabung, dengan harga Rp17.000-Rp.18.000 per tabung, sehingga bisa berhemat sebanyak Rp27.500 per hari.

“Kalau dalam sebulan melaut 25 hari, bisa hemat hingga Rp700 ribu per bulan. Bisa hemat lebih dari 50%,” ungkap Ego dalam keterangan tertulisnya.

Menurut Ego, salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan ketahanan energi adalah dengan diversifikasi energi, yaitu menyediakan alternatif energi yang dapat digunakan.

“Program konversi BBM ke Bahan Bakar Gas (BBG-LPG) adalah salah satu program yang mendukung diversifikasi energi tersebut,” tukas dia.

Kurtubi, Anggota Komisi VII DPR, mengatakan program konversi harus memiliki tujuan untuk mensejahterakan nelayan. Program tersebut juga mendorong diversifikasi energi, menuju penggunaan energi yang lebih bersih dan membantu meningkatkan kesejahteraan nelayan.

“Dengan mesin yang menggunakan LPG dibanding BBM, sudah terbukti, di berbagai daerah yang sudah dikonversi, menggunakan LPG biayanya menjadi lebih murah, cukup signifikan dengan jumlah jam yang sama di tengah laut. Ini jelas meningkatkan kesejahteraan nelayan,” kata Kurtubi.

Menurut Khairul Warisin, Wakil Bupati Lombok Timur, Kabupaten Lombok Timur adalah salah satu kabupaten dengan penduduk terbesar di Nusa Tenggara Barat, mayoritas mata pencahariannya adalah petani dan nelayan. Program konversi BBM ke LPG bagi nelayan telah diajukan sejak 2016 lalu.

“Mesin yang kami harapkan dulu adalah mesin ketinting dan mesin tempel. Awal tahun ini terjawab, dulu kami minta 2.300 mesin, Alhamdulillah dapat 2.000 mesin. Mesin yang kami dapatkan lebih bagus dari yang diminta. Kami dapat mesin yang pakai LPG,” kata Khairul.(RI)