BATU HIJAU – Di tengah usaha keras PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) memperoleh rekomendasi surat persetujuan ekspor (SPE) konsentrat dari Ditjen Minerba Kementerian ESDM, ada cerita yang nyaris luput dari perhatian publik. Salah satunya adalah fakta bahwa Operation Department melakukan Total Plant Shutdown (TPS) terpanjang periode Oktober-November 2015.

“TPS bulan Oktober-November tahun ini, adalah TPS pertama di mana kita juga melakukan proyek Gearless Mill Drive (GMD) maintenance. Ini merupakan yang terpanjang dari yang pernah kita rencanakan, dibanding pada TPS tahun lalu hanya 120 jam saja. Total shutdown kali ini adalah 336 jam,” jelas Supt. Process Operations, Fatih Wirfiyata.

GMD inspection adalah proyek terbesar dalam rangkaian TPS tahun ini. Saat ini GMD inspection dilakukan selama 72 jam, proyek ini biasanya dilakukan setiap tiga tahun sekali. Sehingga banyak pekerjaan utama dilakukan di SAG pit guna perawatan motor SAG mill. “Inspection juga dilakukan hingga ke bagian-bagian dalam motoring,” katanya. Sedangkan untuk TPS, lanjut Fatih, secara rutin pekerjaan utamanya adalah regular SAG relining, pekerjaan ini termasuk kategori long major sehingga dilakukan dengan durasi 140 jam. TPS juga dilakukan secara berkala guna memastikan mesin berfungsi maksimal dengan merawat atau menggantikan beberapa part mesin yang telah mencapai usia pakai.

Seperti pada TPS sebelumnya, TPS kali ini juga memfokuskan segala kegiatan harus mencapai zero harm; dengan tidak mentoleransi emua tindakan atau keadaan yang berpotensi bahaya.  “Jumlah tenaga kerja kontraktor yang banyak pun menjadi satu tantangan kali ini,” katanya.

tps1

Fatih mengatakan TPS ini melibatkan banyak pekerja dari berbagai bidang dan tingkat keterampilan, namun aturan ketenagakerjaan pertambangan tetap harus ditaati. Itu sebabnya maka sejumlah pekerjaan pada TPS ini mempersyaratkan kompetens/sertfikasii bagi pekerjanya demi keselamatan pekerja dan berhasilnya TPS sesuai target waktu yang direncanakan. “Pada saat yang bersamaan kita juga tengah mengimplementasikan aturan baru terkait lock box dan standarisasi gembok yang digunakan,” tambahnya.

Semua harus peduli dengan lingkungan kerja sekitar, imbuh Fatih, terutama saat kegiatan lifting dan rigging karena banyak pergerakan menggunakan crane. Dan menerapkan budaya kepatuhan menggunakan alat pelindung diri saat bekerja di ruang terbatas serta pemakain harness ketika bekerja di ketinggian.

Hal menantang lainnya, lanjut Fatih, pada empat hari pertama satu line mati, sementara satu line berikutnya tetap beroperasi. “Tapi yang paling menantang adalah bahwa semua harus dilakukan secara presisi dan tepat,” ungkapnya. Hingga hari ke tujuh, progres TPS mencapai 67% overall; pada line satu telah mencapai sekitar 61% sedangkan progres pada line dua hampir tuntas; telah mencapai sekitar 91%.(LH)