JAKARTA – PT Timah (Persero) Tbk (TINS), badan usaha milik negara di sektor pertambangan timah, optimistis hingga akhir 2017 bisa memproduksi bijih timah sebesar 32 ribu-35 ribu ton. Pada tiga bulan pertama, produksi bijih timah perseroan mencapai 7.675 ton meningkat 125,37% dibanding periode yang sama 2016.

“Perseroan optimistis dapat memenuhi target produksi bijih antara 32-35 ribu ton pada akhir tahun dan pendapatan juga akan meningkat signifikan dibanding 2016. Apalagi, jika melihat harga logam timah dunia yang cenderung stabil di angka US$ 20 ribu per ton hingga kuartal I 2017,” kata Riza di Jakarta, Selasa (8/8).

Pada kuartal I 2017, Timah membukukan pendapatan sebesar Rp 2,05 trilliun atau naik 57,24% dibanding periode sama tahun sebelumnya. Kenaikan pendapatan disebabkan peningkatan harga rata-rata komoditas di kisaran US$19 ribu-US$21 ribu per ton. Keberhasilan Timah meningkatkan kinerja produksi berdampak positif terhadap perolehan laba yang mencapai Rp 65,86 miliar.

Menurut Riza, capaian produksi bijih timah sepanjang kuartal I 2017 tidak lepas dari kebijakan perseroan melakukan rekondisi dan replacement, pembesaran kapasitas dan penguatan sarana pendukung produksi.

“Beberapa yang dilakukan perseroan demi peningkatan kinerja produksi seperti pembukaan unit baru tambang darat, penambahan armada kapal produksi, serta adopsi teknologi peleburan yang lebih efektif melalui alokasi belanja modal sebesar Rp 2,6 triliun,” ungkap dia.

Timah juga mencatat peningkatan penjualan logam timah menjadi sebesar 6.963 ton pada kuartal I 2017. Sedangkan, produk hilir yang dijual oleh anak usaha, PT Timah Industri, juga mengalami kenaikan penjualan yaitu tin solder menjadi 114 ton dan produk tin chemical menjadi 890 ton.

“Produk hilir saat ini mempunyai potensi pasar yang besar karena masih sedikit pemain hilir timah domestik,” tandas Riza.(RA)