BANDUNG – PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field bermitra dengan Yayasan Owa Jawa melepasliarkan lima satwa Owa Jawa ke habitat alaminya di Hutan Lindung Gunung Malabar, Bandung, Jawa Barat, Selasa (24/10).
Kegiatan yang dilaksanakan bertepatan dengan Hari Owa International (International Gibbon Day) yang diperingati setiap tanggal 24 Oktober, juga didukung Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,  BBTNGGP, BBKSDA Jawa Barat, Perum Perhutani, Conservation International Indonesia (CDI), dan Silvery Gibbon Project

Achmad Alfian Husein, Pertamina EP Exploration and New Discovery Project Director, mengatakan keterlibatan Pertamina EP dalam kegiatan ini adalah merupakan tindak lanjut  kerja sama dengan Yayasan Owa Jawa yang dimulai sejak  2013 sebagai bentuk komitmen dan kepedulian perusahaan kepada lingkungan.

Pertamina EP bangga menjadi bagian dari upaya pelestarian Owa Jawa yang merupakan spesies endemik yang saat ini diestimasi hanya tinggal 4.000 ekor di alam liar.

Pertamina EP memfokuskan kerja sama pada beberapa poin, yakni monitoring evaluasi individu Owa Jawa, habituasi dan pelepasliaran Owa Jawa , serta kegiatan promosi dan publikasi terkait Owa Jawa.

“Kami juga telah melaksanakan penanaman 1. 000 pohon di kawasan gunung puntang,” kata Alfian.

Wiratno, Direktur Jenderal KSDAE KLHK, mengapresiasi  Yayasan Owa Jawa,  Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango,  Pertamina EP Asset 3 Subang Field, Perum Perhutani, BBKSDA Jawa Barat, Conservation International Indonesia, dan Silvery Gibbon Project, atas upaya yang dilakukan dalam melestarikan Owa Jawa berserta habitatnya.
Pelepasliaran Owa Jawa kali ini dilakukan untuk dua keluarga, yang terdiri dari Lima Owa Jawa, yaitu keluarga Wili-Sasa-Yatna dan pasangan Asep-Dompu. Kedua keluarga owa jawa tersebut telah menjalani proses rehabilitasi selama 7-9 tahun di Javan Gibbon Center (JGC), Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Sebelum dilepasliarkan, owa jawa telah menjalani proses habituasi lebih kurang 2 bulan di lokasi pelepasliaran Gunung Puntang, Hutan Lindung Gunung Malabar.
Pelepasliaran kali ini merupakan yang ke lima kalinya. Sebelumnya, pada 15 Juni 2013 telah dilepasliarkan sepasang Owa Jawa bernama Kiki dan Sadewa. Kemudian, pada 27 Maret 2014 dilepasliarkan satu keluarga Owa Jawa, Bombom (betina), Jowo (jantan) dan anak mereka Yani (betina) dan Yudi (jantan).
Selanjutnya, pada 24 April 2015 ini dilepasliarkan pasangan Robin-Moni dan Moli-Nancy, dan keluarga Mel-Pooh-Asri pada tanggal 10 Agustus 2016 di tempat yang sama.
Berkurangnya hutan tropis di Jawa, menyebabkan keberadaan Owa Jawa semakin terancam. Owa jawa masih menjadi target perburuan untuk dijadikan satwa peliharaan.
Mengembalikan Owa Jawa ke hutan dalam keadaan sehat dan bebas penyakit menjadi salah satu upaya untuk memastikan dan menjaga keberlanjutan hidup satwa spesies ini.
Ditjen KSDAE KLHK dengan dukungan para pihak terus melakukan berbagai upaya demi suksesnya upaya pelestarian owa jawa ke depan.
Berbagai kegiatan ilegal seperti perburuan harus segera dihentikan dan satwa-satwa yang telanjur dipelihara oleh masyarakat harus dapat dilepasliarkan kembali melalui proses rehabilitasi. Kepada masyarakat yang memiliki, memelihara atau memperdagangkan satwa primata  tersebut dapat menyerahkan secara sukarela kepada pemerintah melalui Balai KSDA setempat atau langsung kepada pusat rehabilitasi. Memiliki, memelihara maupun memperdagangkan satwa dilindungi tanpa ijin yang berwenang merupakan perbuatan melanggar hukum UU Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Menurut Wiratno, dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, Owa Jawa termasuk jenis satwa yang dilindungi dan merupakan salah satu dari 25 satwa prioritas yang menjadi salah satu target sasaran strategis KLHK pada RPJM 2015-2019.
“Kami harap kegiatan pelepasliaran ini dapat membantu meningkatkan populasi Owa Jawa di alam, dan sekaligus meningkatkan kesadaran kita semua untuk menjaga kelestarian Owa Jawa,” kata Wiratno.
Wiratno menambahkan, keberhasilan Indonesia melakukan konservasi owa jawa di pulau yang terpadat penduduknya di dunia, merupakan komitmen kuat Indonesia dalam menjalankan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Momen pelepasliaran owa jawa ini menggambarkan semangat kemitraan berbagai lembaga yang peduli akan kelestarian satwa endemik pulau Jawa ini.
Wahjudi Wardojo, Ketua Dewan Pembina Yayasan Owa Jawa, mengungkapkan bahwa pihaknya sudah melakukan kerjasama dengan berbagai pihak untuk program penyelamatan dan rehabilitasi owa jawa. Keberhasilan bersama juga ditunjukkan dengan adanya kelahiran owa jawa di alam pada tanggal 14 Januari 2017 lalu, dan diberi nama Sukma. Hasil positif tersebut  mencerminkan keberhasilan proses panjang program rehabilitasi hingga reintroduksi.
“Upaya mengembalikan Owa J
awa ke habitatnya  bukanlah  perkara mudah, oleh sebab itu kemitraan dan dukungan berbagai pihak sangat diperlukan untuk menyelamatkan primata ini dari kepunahan,” tandas Wahjudi.(RA)