JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk (INCO), produsen nikel dalam matte, membukukan pendapatan US$143,9 juta pada kuartal I 2017, naik 32% dibanding periode yang sama 2016. Kenaikan pendapatan didorong peningkatan volume penjualan nikel dalam matte dan harga jual rata-rata.

Volume penjualan nikel dalam matte Vale tercatat 17.524 metrik ton pada tiga bulan pertama 2017, naik 6,6% dibanding periode yang sama tahun lalu. Namun jika dibanding kuartal IV 2016, produksi kuartal I tahun ini lebih rendah 19,2%.

Demikian pula untuk harga realisasi rata-rata pada kuartal I 2017 tercatat US$8.214 per metrik ton, naik 24,1% dibanding kuartal I tahun lalu. Namun jika dibanding kuartal sebelumnya sebesar US$8.238 per metrik ton, harga realisasi kuartal I 2017 turun tipis.

“Harga realisasi rata-rata kami di kuartal I 2017 sedikit lebih rendah dibanding harga realisasi rata-rata kuartal IV 2016,” kata Nico Kanter, Chief Executive Officer dan Presiden Direktur Vale Indonesia.

Menurut Nico, harga nikel pada tahun ini akan senantiasi di tingkatan yang rendah mengingat masih tingginya persediaan di London Metal Exchange dan Shanghai Futures Exchange.
Selain itu, ada ketidakpastian di pasar nikel global mengenai kuota ekspor bijih Indonesia akan menambah volume atau sekadar menggantikan turunnya pasokan bijih dari Filipina ke China.

“Hal ini berarti sangat penting bagi kami untuk tetap fokus pada optimalisasi kapasitas produksi, meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya,” ungkap Nico.

Pada kuartal I 2017 Vale mencatat biaya pokok pendapatan US$146,4 juta, naik 19,18% dibanding periode yang sama tahun lalu US$122,8 juta. Peningkatan biaya pokok disebabkan naiknya harga rata-rata HSFO per barel dan peningkatan volume batu bara dan harga rata-rata batu bara per ton.

Namun besarnya kenaikan pendapatan dibanding beban pokok, membuat rugi kotor Vale pada kuartal I tahun ini lebih rendah yakni sebesar US$2,45 juta dibanding kuartal I 2016 yang mencapai US$14,1 juta. Demikian pula rugi periode berjalan sebesar US$6,15 juta, lebih rendah dibanding tiga bulan pertama 2016 yang merugi hingga US$15,42 juta.(AT)