JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengklaim kunjungan kerja Menteri ESDM Ignasius Jonan ke Amerika Serikat guna mempromosikan potensi minyak dan gas bumi nasional disambut positif perusahaan besar negara itu.

“Selain mendorong peningkatan investasi dengan adanya peluang yang terbuka seiring kebijakan baru, kunjungan ke AS juga dimaksudkan untuk membahas berbagai isu yang berkaitan dengan operasi perusahaan migas yang beroperasi di Indonesia. Serta memberikan jalan keluar dari masalah yang dihadapi,” kata Jonan dalam keterangan tertulisnya, Selasa (1/8).

Dalam lawatan 24 Juli-26 Juli 2017 lalu, Jonan menyambangi beberapa perusahaan migas besar, seperti Conoco-Phillip, Chevron, dan Exxonmobil yang menyumbang 55% produksi minyak dan 13% produksi gas nasional.

Jonan mengungkapkan pemerintah dalam pertemuan dengan ConocoPhillips mendorong untuk segera mengajukan proposal lengkap jika berminat melanjutkan pengelolaan Blok South Jambi B, yang akan berakhir 2020.

“ConocoPhillips menyambut positif dan akan memberikan tanggapan secepatnya,” kata dia.
Pemerintah juga menjanjikan akan segera menyelesakan kesepakatan kontrak jual beli gas antara ConocoPhillips dengan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk yang terkatung-katung sejak 2013 dengan segera mengumpulkan pihak terkait dan mengambil keputusan yang tidak merugikan kedua belah pihak.

Di Chevron, pemerintah membahas rencana produksi lapangan Gendalo-Gehem yang akan dimulai pada 2022 dan direncanakan akan diolah di fasilitas pengolahan terapung (Floating Processing Unit/FPU) Jangkrik milik ENI.

“Kami minta SKK Migas segera berkoordinasi dengan Chevron dan ENI mengenai rencana pengolahan pasca 2029, mengingat FPU Jangkrik akan mencapai kapasitas pengolahan maksimal pada 2029, dikhawatirkan gas dari Chevron tidak tertampung,” ungkap Jonan.

Tidak hanya di sektor hulu, Jonan juga mendorong adanya aktivitas hilir perusahaan minyak. Salah satunya dengan mendorong Exxonmobil sebagai operator Blok Banyu Urip untuk berpartisipasi di sektor hilir migas.

“Kami sarankan Exxon untuk investasi di hilir migas, termasuk membuka SPBU dan pengembangan aromatika. Exxon menanggapi positif hal itu,” kata dia.

Pemerintah juga melakukan pembicaraan dengan Baker Huges General Electric dan Schlumberger dalam penerapan teknologi migas tanah air. Baker Huges menawarkan teknologi hulu migas yang modern yang jika diaplikasikan di sumur-sumur minyak Indonesia bisa meningkatkan produksi yang signifikan.

“Antara lain pengurangan cost drilling, dengan memanfatkan teknologi digital (IntelliStream) untuk membantu Enhanced Oil Recovery (EOR) di beberapa sumur minyak yang sudah tua. BHGE juga menawarkan teknologi barge power plant untuk pulau-pulau dengan rasio elektrifikasi yang masih rendah seperti Papua,” ungkap Jonan.

Pada pertemuan tersebut, Schlumberger menyatakan siap untuk menanamkan investasi hingga US$ 5 miliar dalam kegiatan multiclient seismic di perairan timur Indonesia.

“Pembuatan pusat data nasional dan kerja sama dengan KKKS untuk mengelola lapangan migas. Ini akan segera ditindaklanjuti unit terkait,” kata Jonan.(RI)