JAKARTA – Freeport McMoran Inc, perusahaan pertambangan dan migas asal Amerika Serikat, merevisi alokasi belanja modal 2016, termasuk unit usaha pertambangan di tengah pelemahan harga komoditi. Selain memiliki pertambangan di Amerika dan Afrika, Freeport juga beroperasi di Indonesia dengan mengoperasikan tambang Grasberg, Papua melalui anak usahanya, PT Freeport Indonesia.

Freeport dalam keterangan tertulisnya, Rabu, menyebutkan akan memangkas 25% alokasi belanja modal unit usaha pertambangan menjadi US$2 miliar pada tahun depan dari rencana sebelumnya US$2,6 miliar.

Menurut manajemen Freeport, perusahaan masih akan melanjutkan evaluasi terhadap rencana operasi pertambangan untuk merespon kondisi pasar dan akan melakukan penyesuaian secara berkelanjutan.

Richard C. Adkerson, Chief Executive Officer Freeport McMoran, mengatakan perusahaan akan mengambil langkah cepat untuk memperkuat kondisi keuangan sepanjang periode pelemahan harga komoditi dan kondisi pasar yang tidak pasti.

“Meskipun harga tembaga melemah beberapa minggu terakhir dan outlook jangka pendek masih tidak pasti, kami memandang outlook jangka menengah dan panjang tetap positif yang didukung kebijakan-kebijakan penting terkait komoditi tembaga pada ekonomi global dan keterbatasan pasokan global,” kata Adkerson.

Freeport sebelumnya alokasi belanja modal Freeport Indonesia pada 2016 akan dipangkas sebesar 15% seiring kondisi pasar yang tidak pasti dan pelemahan harga komoditi. Dalam laporan keuangan hingga sembilan bulan 2015, Freeport mencatat harga jual rata-rata tembaga sebesar US$2,45 per pound, turun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar US$3,09 per pound. Demikian pula harga jual rata-rata emas Freeport turun menjadi US$1.149 per ounce dibanding periode sembilan bulan 2014 sebesar 1.248 per ounce.

Freeport tercatat sedang menggarap sejumlah proyek di Grasberg untuk mengembangkan proyek dengan skala besar yang akan memperpanjang usia operasi dan untuk mendapatkan bijih mineral dengan kadar yang lebih tinggi di tambang bawah tanah. Secara keseluruhan, proyek pengembangan tambang bawah tanah diharapkan bisa memproduksi emas dan tembaga dengan skala yang lebih besar seiring dengan transisi dari tambang terbuka Grasberg.

Sepanjang periode 2016-2019, estimasi belanja modal untuk proyek-proyek tersebut sekitar US$1 miliar per tahun. Namun seiring dengan kondisi pasar dan ketidakpastian ekonomi global, waktu pengeluaran belanja modal akan dievaluasi.(AT/alfian@dunia-energi.com)