JAKARTA – SKK Migas, Badak LNG dan KKKS penghasil gas Kalimantan Timur menandatangani Bontang Processing Agreement (BPA), dengan penandatanganan ini, maka pengolahan gas bumi dari berbagai penghasil gas menjadi  LNG (liquefied natural gas) dan LPG (Liquefied petroleum gas) memiliki kepastian hukum yang lebih baik. Ada beberapa KKKS yang memanfaatkan fasilitas Badak LNG diantaranya PHM, PHKT, PHSS, ENI Muara Bakau, ENI East Sepinggan dan Chevron Rapak.

Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, menyambut baik keputusan semua pihak yang menyepakati perjanjian ini terutama Pertamina yang telah memberikan dukungan kepada Badak LNG.

“Kerjasama dan niat baik yang telah ditunjukkan selama ini. Dengan kerjasama yang baik tersebut akhirnya terdapat underlying document yang resmi, mengenai kegiatan pemrosesan Gas di Kilang LNG Badak sebagai tindak lanjut atas penetapan Menteri Keuangan,”  kata Dwi (13/2).

Menurut Dwi dengan ditandatanganinya perjanjian ini, maka tidak hanya dapat menjadi payung hukum bagi para pihak, namun juga dapat memberikan kepastian investasi khususnya dalam pelaksanaan operasional serta sebagai implementasi dari prinsip tata kelola hulu migas yang baik.

Kilang LNG Badak, memegang peranan yang sangat krusial dalam upaya pencapaian lifting gas nasional, dimana pada tahun 2022 sekitar 41% dari volume produksi LNG nasional atau sebesar 81 kargo diproses di Kilang LNG Badak. Dan dari penjualan LNG tersebut, mampu menghasilkan penerimaan negara sebesar US$2,76 miliar atau sekitar Rp 41 triliun.

Dwi juga meminta PT Badak LNG untuk melakukan upaya efisiensi penggunaan gas (own use) untuk operasional kilang LNG sehingga penerimaan negara dapat lebih dioptimalkan.

Sementara itu, Direktur Utama, Pertamina Nicke Widyawati mengucapkan terimakasih kepada SKK Migas karena selalu mendorong peningkatan produksi migas di hulu, sehingga kemandirian energi dapat ditingkatkan bersama, untuk itu menurutnya Kilang LNG Bontang harus dioperasikan secara optimal dan efisien.

Menurut Nicke, ke depan, peran gas sangat penting dalam transisi energi, “Kita memerlukan transisi energi yang sifatnya handal yaitu gas dan kita memiliki potensi gas yang masih bisa kita tingkatkan,” kata Nicke.