JAKARTA – Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang mengusung tema Mewujudkan Masyarakat yang Tangguh, Berdaya dan Memiliki Wawasan Lingkungan telah mengantarkan PT Kilang Pertamina International (KPI) meraih 4 penghargaan PROPER Emas dari Kementerian KLHK pada tahun 2023. Tiga PROPER Emas diraih unit bisnis KPI, dan 1 PROPER Emas untuk anak perusahaan afiliasi yakni PT Polytama Propindo.

Edward Manaor Siahaan, Manager CSR KPI, mengatakan TJSL harus dipandang sebagai sebuah siklus manajemen, serta berdampak sosial baik dan positif.
“TJSL bukan lagi seperti buang-buang uang, spending money, tapi menjadi sebuah strategi perusahaan meningkatkan leverage citra perusahaan. Itu yang poin utamanya,” kata Edward dalam acara webinar DETalk “Environmental Management Excellence: Learning from Energy Industry Leaders at PROPER 2023“, Selasa(9/1/2023).

Edward menekankan bahwa lingkungan menjadi salah satu kunci utama perusahaan kilang yang mengolah minyak mentah menjadi BBM sehingga bisa berdaya guna bagi masyarakat. Selaras dengan kebijakan holding PT Pertamina (Persero), KPI telah menetapkan guidance untuk menyatukan unit-unit operasi yang tersebar.
Guidance kami ada beberapa kebijakan, mulai dari peraturan dan perundangannya sebagai dasar pelaksanaannya , visi misi KPI sebagai perusahaan kilang minyak dan petrokimia berkelas dunia dan menjalankan bisnis kilang minyak dan petrokimia secara profesional dengan prinsip keekonomian yang kuat dan berwawasan lingkungan. Kemudian, kebijakan praktik terbaik dan standar internasional bisa dilihat dari pedoman Corsec Pertamina tahun 2020, ISO 26000, creating share value, sustainable development goals dan ESG,” ujar Edward.

Saat ini, kata Edward, bisnis Pertamina Grup melihat ESG rating sebagai sebuah perhatian dalam melakukan program TJSL.

Strategi KPI untuk menyatukan interpretasi unit-unit usaha adalah dengan membuat blueprint dengan visi mewujudkan masyarakat yang tangguh, berdaya dan memiliki wawasan lingkungan. Selain itu, juga didukung misi untuk melaksanakan tanggung jawab perusahaan yang selaras dengan standar internasional dengan memperhatikan aspek lingkungan. Misi kedua adalah mengelola dampak yang mendorong terciptanya nilai tmbah bagi seluruh pemangku kepentingan.

Kemudian strategi diturunkan menjadi beberapa pilar yaitu Pertamina Hijau, Pertamina Cerdas, Pertamina Berdikari, Pertamina Sehat. Strategi Pertamina Hijau adalah solusi iklim alami; Pertamina Cerdas adalah keragaman-kesetaraan dan inklusi; Pertamina Berdikari adalah alternatif penghidupan berkelanjutan; Pertamina Sehat adalah akses kesehatan yang inklusif.
“Ini merupakan turunan roadmap yang akan kita rapikan di 2024 semakin tajam programnya. Harapannya, kami punya gaya program TJSL sendiri,” ujar Edward.

Edward mengungkapkan di Kilang sei Pakning mengusung program pengolahan air gambut dengan membangun unit filtrasi air gambut dengan modifikasi blokagulan. KPI mengolah air gambut menjadi termanfaatkan dan bisa diminum serta dikonsumsi masyarakat. Pengolahan air gambit juga dapat menciptakan jaringan air bersih yang bisa dialirkan ke beberapa pemukiman masyarakat yang ada di sekitar Kilang Sei Pakning. “Efisiensinya luar biasa Rp 129 juta per tahun, dengan konsumsi 100 galon setiap hari dan penerima manfaat 7.749 orang serta 73 KK sudah mengaliri air bersih,” ungkap Edward.

Sementara di Kilang Plaju adapula Kampung Pangan Inovatif yang melakukan inovasi baru untuk mengadopsi gaya hidup bersih bagi pengrajin tempe di Plaju Ulu. Dengan intervensi sosial yang dilakukan Kilang Plaju, masyarakat pengrajin tempe bisa mengolah tempe dengan berwawasan lingkungan memperhatikan gaya hidup bersih yang berkorelasi dengan penghematan biaya produksi .
“Inovasi di Kilang Plaju bisa melakukan penghematan Rp 22,8 juta per tahun, panci food grade nya Rp23,4 juta per 3 tahun. Ini menjadi suatu hal yang positif, karena TJSL tidak melulu dilakukan dalam peningkatan ekonomi tapi juga efisiensi biaya operasi menjadi lebih penting,” ujar Edward.

Kemudian di Kilang Kasim, melalui Moi Cerdas dilakukan pengembangan program CSR di bidang pendidikan untuk pemenuhan hak dasar anak adat Suku Moi di Distrik Saget.

“Menjadi suatu perhatian bagaimana disparitas pendidikan menjadi hal yang penting. Saya menjadi saksi di sana ada sekolah yang tutup selaa 2-3 tahun. tidak beroperasi sama sekali, sehingga masyarakat kesulitan untuk sekolah. Kemudian kita buka kembali. Ada 90 anak SD YPK Klayas bisa bersekolah kembali, 60 anak usia dini belajar di Paud Tulip, 30 anak SMP dan SMA dapat ke sekolah lebih nyaman berkat adanya kapal sekolah. Kita support juga kapal sekolah karena di sana sulit sekali aksesnya,” kata Edward.

Di anak usaha yang dikelola KPI, Polytama Propindo, memiliki program Batik Javing yang menciptakan bahan plastik jadi paving, terobosan ramah lingkungan bentuk kesuksesan sinergi positif antar polytama dan masyarakat.
Edward mengatakan bahwa ini adalah bentuk dari added value dari perusahaan plastik bisa memanfaatkan plastik agar bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Pemanfaatan limbahnya sudah mencapai 4 ton dengan efisiensi biaya Rp15 juta.

Edward mengungkapkan saat ini KPI telah mengantongi 18 penghargaan internasional, dan 91 penghargaan nasional. Hal ini merupakan cara KPI mensinergikan program-program unit operasi dan juga monitoring evaluasi melalui penghargaan.
“Kami percaya, program TJSL tidak cukup hanya dilakukan tapi we have to annouce, we have to publish. Supaya bisa memberikan inspirasi bagi perusahaan lainnya,” ujar Edward.(RA)