JAKARTA – PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Rokan masih mempersiapkan alih kelola Wilayah Kerja (WK) Rokan, salah satunya mempersiapan suplai listrik dari PT PLN (Persero) untuk mendukung kegiatan operasional.

Berdasarkan data, dengan rata-rata produksi berada di kisaran 161 ribu barel per hari (bph), saat ini Rokan membutuhkan pasokan listrik mencapai 400 Megawatt (MW) dan uap sebesar 335 ribu barel standar per hari (MBSPD).

Untuk menjamin suplai listrik dan uap dalam operasional WK Rokan, PLN dan Pertamina Hulu Rokan telah menyepakati dan menandatangani Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik dan Uap (PJBTLU) pada 1 Februari 2021 lalu.

Dari kesepakatan tersebut, PLN akan menjalankan dua tahap untuk memastikan suplai listrik dalam operasional Rokan tersedia dengan aman. Tahap pertama, masa transisi dengan memanfaatkan pembangkit listrik eksisting yang akan berlangsung tiga tahun, mulai 9 Agustus 2021. Tahap kedua, masa layanan permanen akan mengandalkan pembangkit dan jaringan PLN yang akan dimulai pada 2024.

“Sinergi BUMN listrik nasional akan menciptakan operasional yang lebih efisien. Pasokan listrik dari PLN diyakini Pertamina lebih handal dengan pembangunan jaringan interkoneksi sistem dan gardu induk. Serta dapat di-backup dari pembangkit listrik lain, sehingga dapat meningkatkan kapasitas suplai listrik untuk kegiatan operasional Rokan,” kata Agus Suprijanto, Senior Vice President Corporate Communication & Investor Relation Pertamina, Senin (22/3).

Selama ini kebutuhan listrik di Rokan dipasok dari pembangkit listrik Cogen yang dikelola PT Mandau Cipta Tenaga Nusantara (MCTN), anak perusahaan Chevron. Pembangkit Cogen memasok keperluan listrik dan uap di WK Rokan dengan kapasitas listrik 300 MW dan uap 3.140 MMBTU.

MCTN, yang sahamnya mayoritas dimiliki oleh Chevron Standar Limited (CSL), berkontrak dengan Chevron Pacific Indonesia untuk menyediakan listrik dan uap dengan mengoperasikan PLTG Cogen.

Agus menambahkan, Pertamina sebagai holding akan mengawal kinerja PHR untuk memastikan proses alih kelola WK Rokan berjalan dengan baik dalam rangka menjaga produksi migas nasional yang sekitar 25% dikontribusikan dari produksi WK Rokan. Produksi tersebut diperoleh dari lima lapangan besar yaitu Duri, Minas, Bangko, Balam South, dan Petapahan yang tersebar di lima kabupaten di Provinsi Riau.

“Mengingat WK Rokan tersebut tergolong mature, Pertamina akan memanfaatkan teknologi terkini dan telah mempersiapkan program jangka panjang untuk menahan laju penurunan produksi minyak,” kata Agus.

Agus menuturkan, beberapa upaya yang dilakukan untuk mempertahankan produksi WK Rokan, diantaranya mempersiapkan dan menyelesaikan proses perizinan, proses peralihan pekerja, memastikan alih kontrak barang dan jasa serta data transfer dari operator existing berjalan lancar.

“Pertamina terus membangun komunikasi dengan Pemerintah untuk memastikan investasi, kelancaran program pengeboran PHR di Rokan sepanjang 2021 tetap berjalan, yakni 84 sumur yang terdiri dari 44 sumur pengembangan dan 40 sumur tambahan lainnya,” ungkap Agus.

Selain pengeboran sumur pengembangan, dalam jangka panjang disiapkan pula program lainnya berupa infill drilling, pengeboran sumur eksplorasi, workover/well intervention, optimasi program waterflood dan steamflood serta program lainnya untuk menambah cadangan.(RI)