JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menjamin masih akan menjual bahan bakar minyak (BBM) jenis premium sepanjang tahun ini kendati memiliki target untuk memprioritaskan penjualan BBM dengan kualitas jauh lebih baik. Tahun ini Pertamina telah mendapatkan kuota 11 juta kiloliter (KL) premium dari pemerintah yang harus didistribusikan ke masyarakat.

“Berdasarkan penugasan dari pemerintah, saat ini Pertamina masih menyalurkan dan menyediakan Premium di Indonesia,”ujar Fajriyah Usman, Vice President Corporate Communication Pertamina, di Jakarta, Kamis (18/6).

Fajriyah mengatakan penugasan mendistribusikan premium tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 Tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak. Selain itu, ada regulasi dari Menteri ESDM 28 Mei 2018 berupa Kepmen ESDM Nomor 1851 K/15/MEM/2018 tentang Penyediaan dan Pendistribusian Jenis Bahan Bakar Minyak Khusus Penugasan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Bali.

Fajriyah menjelaskan, Pertamina juga dihadapkan pada regulasi lingkungan. Merujuk pada ketentuan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) No 20 Tahun 2017, disyaratkan standar baku mutu emisi gas buang kendaraan bermotor sesuai dengan standar EURO 4 sehingga BBM yang digunakan untuk uji emisi agar minimal mengikuti RON minimal 91 atau CN minimal 51. “Karena itu, Pertamina juga terus melakukan edukasi dan mendorong konsumen agar beralih menggunakan BBM yang lebih ramah lingkungan,” katanya.

Selain premium, Pertamina juga menyediakan jenis BBM Umum yang meliputi Perta Series (Pertalite, Pertamax dan Pertamax Turbo) dan Dex Series (Pertamina Dex dan Dexlite). BBM Umum tersebut merupakan jenis bahan bakar ramah lingkungan.

Dorongan untuk mengedepankan produk ramah lingkungan makin meningkat apalagi sejak pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) langit biru dan udara lebih baik, untuk itu masyarakat memang didorong menggunakan produk yang lebih berkualitas.

“Sesuai kesepakatan dunia dan pemerintah, setiap negara berupaya menurunkan emisi karbon dan mengurangi polusi udara, salah satunya dengan menggunakan BBM yang lebih berkualitas dan ramah lingkungan,” ujar Fajriyah.

Pertamina hingga kini menjual yang tidak memenuhi persyaratan KLHK baik dari sisi angka oktan maupun cetane dan kandungan sulfur, yakni Premium dan Solar (Biosolar). Spesifikasi Premium yakni RON 88 dan kandungan sulfur maksimal 500 ppm. Sementara Solar hanya CN48 dan kandungan sulfurnya masih cukup tinggi di level maksimal 2.500 ppm.

Produk BBM ramah lingkungan Pertamina sesuai regulasi KLHK hanyalah Pertamax Turbo yang dijual dengan harga Rp 9.850 per liter itu memiliki RON 98 dan kandungan sulfur maksimal 50 ppm. Untuk Pertamax dan Pertamax Turbo, meski memenuhi persyaratan RON, kandungan sulfurnya masih maksimal 500 ppm.

Sementara untuk jenis solar, hingga kini belum ada yang memenuhi seluruh persyaratan KLHK. Pertamina Dex, misalnya meskipun telah memiliki CN 51, kandungan sulfurnya masih di level maksimal 500 ppm.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, sebelumnya mengatakan bahwa Pertamina memang sesuai arahan pemerintah berniat untuk memangkas produk BBM. Filosofi penyederhanaan produk dimana sesuai regulasi Pemerintah dan kesepakatan dunia tentang lingkungan, seluruh negara harus berupaya menjaga ambang batas emisi karbon dan polusi udara dengan standar BBM minimal RON 91 dan CN minimal 51.

Jadi sesuai ketentuan itu, Pertamina akan memprioritaskan produk-produk yang ramah lingkungan. Apalagi tentu juga masyarakat telah merasakan di masa PSBB langit lebih biru dan udara lebih baik. “Untuk itu, kami akan teruskan program yang mendorong masyarakat untuk menggunakan BBM yang ramah lingkungan dan mendorong produk yang lebih bagus,” jawabnya.

Jika produk BBM nanti dipangkas yang tersedia adalah BBM dengan kualitas tinggi yang memiliki harga di jauh diatas premium. Menurut Nicke, Pertamina sedang berkoordinasi dengan pemerintah terkait harga BBM nantinya jika memang jenisnya nanti dipangkas.

“Kami akan simplikasi produk karena jumlah produk ini nanti akan memudahkan distribusi dan dengan harga yang lebih affordable,” kata Nicke. (RI)