JAKARTA – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah telah menyatakan komitmen untuk mewujudkan Jawa Tengah sebagai provinsi yang mengandalkan energi bersih terbarukan dalam pembangunan daerahnya.

Prasetyo Aribowo, Pj Sekretaris Daerah
Provinsi Jawa Tengah, mengatakan pemanfaatan energi surya sangat relevan dengan arah kebutuhan menuju energi bersih.

“Kami sudah menandatangani kesepakatan dengan Bappenas untuk penurunan karbon. Secara peta jalan kebijakan, hal ini akan menjadi mainstream dalam perencanaan pembangunan di Jawa Tengah untuk tidak bergantung sepenuhnya pada fosil,” ujar Prasetyo mewakili Gubernur Jateng, dalam acara Central Java Solar Day 2021, Selasa (16/2).

Sujarwanto Dwiatmoko, Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, mengungkapkan pemprov optimis cita-cita Jawa Tengah untuk mencapai target bauran energi terbarukan daerah sebesar 21,32% pada 2025 akan tercapai. Meskipun dalam kondisi sulit, Pemprov Jawa Tengah berhasil melewati target bauran energi
terbarukan pada 2020.

“Dari target 11,60%, kita mampu merealisasikan sebesar 11,89%. PLTS menggeliat cukup baik,” ungkap Sujarwanto.

Dia mencontohkan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah pada 2020 untuk mendorong penetrasi PLTS dalam menyokong perekonomian masyarakat adalah dengan membangun pompa air tenaga surya off grid yang tidak menggunakan aki (baterai) di Desa Kaliwungu, Kabupaten Purworejo. Berkapasitas 12 kWp, pompa ini menaikkan air dari sungai dan mengaliri lahan pertanian (sawah) seluas 20 hektare.

“Ternyata, meski beroperasi pada waktu siang saja, dari jam 8 pagi hingga 5 sore, pompa ini mampu mengairi sawah 20 hektare hanya dalam waktu 5 hari secara gratis. Sedangkan jika menggunakan diesel membutuhkan waktu 10 hari, dan harus membeli minyak solar lagi,” ujar Sujarwanto.

Selain itu pada 2020, bermodalkan dana dari APBN, pemerintah Jawa Tengah membangun PLTS Atap di 14 titik di 11 kabupaten/kota dengan kapasitas total 505 kWp. Jumlah ini akan ditingkatkan di tahun 2021.

Pemerintah berencana untuk membangun sekitar 31 unit di sekitar 8 (delapan) kabupaten/kota di Jawa Tengah. Nantinya, pembangunan akan difokuskan pada UMKM dan pondok pesantren.

Sujarwanto berharap dengan adanya PLTS Atap tersebut, beban energi listrik UMKM dan pondok pesantren semakin berkurang secara signifikan, sehingga penghematan yang ada dapat digunakan untuk mengembangkan usaha.

Pemprov Jateng juga aktif mensosialisasikan regulasi, manfaat, dan perkembangan PLTS kepada berbagai kalangan, termasuk sektor
komersial dan industri.

Berdasarkan catatan PLN UIJ Jateng – DIY, pertumbuhan PLTS Atap semakin meningkat, dari 52 pelanggan di tahun 2019 menjadi 138 pelanggan di 2020. Pengguna PLTS Atap didominasi oleh pelanggan R-2 yakni konsumen untuk rumah tangga menengah dengan daya 3.500 VA sampai 5.500 VA sebanyak 41 pelanggan.
Untuk golongan tarif S2 yakni golongan sosial daya 1300 VA ke atas, semuanya berasal dari pesantren, berjumlah 23 pelanggan.

“Saat ini ESDM membuka konsultasi bagi yang berminat menggunakan PLTS. PLTS cukup bergairah di Jawa Tengah, terlihat dari semakin banyak pengembang perumahan yang berkonsultasi di ESDM untuk paket rumah baru hemat energi dengan instalasi surya atap,” kata Sujarwanto.(RA)