JAKARTA – PT Pertamina (Persero) melalui PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mendapatkan kontrak pengadaan minyak mentah Nigeria langsung dari Nigerian National Petroleum Corporation (NPCC). Ini jadi kontrak langsung pertama antara Pertamina dengan NPCC, meskipun Pertamina sering membeli minyak Nigeria. Selama ini Pertamina harus membeli minyak mentah Nigeria melalui pasar terbuka internasional yang memiliki Participating Interest seperti ExxonMobil, Chevron, Shell, Total dan BP.

Yoki Firmandi, Direktur Optimasi Feedstock and Product KPI, mengungkapkan dengan adanya direct deal Pertamina dengan NPCC maka proses pengadaan dapat berjalan lebih efisien. “Tentu dengan mendapatkan kontrak secara langsung akan lebih efisien. Hal tersebut sejalan dengan rencana optimasi feedstock kilang ke depan,” kata Yoki, Senin (12/7).

Pertamina terpilih menjadi awardee dari total 500 perusahaan yang mendaftar. NNPC merupakan National Oil Company Nigeria, seperti Pertamina di Indonesia. Kontrak direct supply tersebut sangat penting bagi hubungan bilateral antar kedua negara.

Minyak mentah Nigeria berjenis sweet crude. Kontrak langsung ini berdurasi mulai 2021 hingga 2023.

Menurut Yoki, KPI tidak sendiri dalam mendapatkan kontrak langsung ini. Pembelian minyak mentah secara langsung ke NPCC diharapkan bisa meningkatkan efisiensi pembelian minyak mentah secara langsung ke produsen minyak.

KPI bersinergi dengan Subholding Shipping PT Pertamina International Shipping (PIS) dalam hal transportasi angkutnya. PIS baru saja meluncurkan dua kapal VLCC barunya yakni MT Pertamina Prime dan MT Pertamina Pride. Nantinya minyak tersebut akan diangkut oleh kapal milik PIS.

Selain itu, Pertamina International Marketing & Distribution, Pte Ltd (PIMD) di bawah Subholding Commercial and Trading juga berperan dalam mendukung KPI dalam mendapatkan kontrak tersebut. “Ini merupakan kolaborasi yang sangat baik antara KPI, PIS, dan PIMD. Kami bekerja sama untuk mendapatkan yang terbaik. Tak hanya untuk Pertamina melainkan Indonesia guna meningkatkan ketahanan energi nasional,” ujar Yoki.

Sani Dinar Saifuddin, Vice President Feedstock and Inventory Managemen KPI, mengatakan minyak Nigeria memiliki porsi besar terhadap volume impor minyak Pertamina. Pada periode 2017-2020 sebanyak 30 persen volume minyak mentah impor berasal dari Nigeria. Untuk impor crude Pertamina pada 2019 sebesar 75,3 juta barel.

“Nigeria merupakan source impor minyak mentah kedua terbesar Pertamina, setelah suplai minyak mentah Arabian Light Crude ke FOC I RU IV Cilacap dari NOC Arab Saudi Aramco,” ungkap Sani.

Sementara itu, impor minyak mentah pada tahun ini diproyeksi akan meningkat cukup signifikan dibanding 2020. Dalam data proyeksi Pertamina 2021, impor minyak mentah ditargetkan mencapai 118,4 juta barel atau naik sekitar 50,4 persen dibanding realisasi impor minyak mentah tahun lalu yang hanya 78,7 juta barel.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, sebelumnya mengatakan Pertamina perlu memaksimalkan kemampuan pengolahan kilang yang perlu dipasok minyaknya. Selain itu, ada penurunan entitlement GOI akibat ICP yang masih rendah. “Kami ada kenaikan impor sebesar 39,7 juta barel,” kata Nicke.(RI)