JAKARTA – Indonesia mematok target tinggi untuk produksi gas mencapai 12 ribu juta kaki kubik per hari (MMscfd) pada tahun 2030. Namun target tersebut dipastikan tidak akan bisa tercapai jika tidak ada pasar yang menyerap gas.

Taslim Z Yunus, Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), menyatakan salah satu syarat utama untuk memproduksi gas adalah ketersediaan konsumen. Masalahnya hingga sekarang tidak mudah untuk menciptakan pasar gas.

Menurutnya kondisi saat ini banyak blok-blok yang memiliki cadangan gas akhirnya belum bisa dioptimalkan lantaran tidak jelas pembeli gas. Taslim mencontohkan blok Masela dan Blok di wilayah Sumatera yang masih belum bisa dimonetisasi cadangan gasnya.

“Ini belum ada pasarnya. Ini adalah tantangan besar bagi kita semua bagaimana POD-POD yang sudah disetujui bisa dikomersialisasikan dan diproduksi dalam waktu dekat,” kata Yunus dalam diskusi virtual, Rabu (22/9).

Menurut dia perlu ada terobosan baru yang harus segera ditemukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. “Kalau gak ada terobosan baru market gas kan besar ini merupakan tantangan untuk investasi,” ungkap Taslim.

Terobosan tersebut boleh jadi adalah harga mati jika pemerintah mau target produksi gas tercapai. Pasalnya serapan gas domestik harus diakui tidak sesuai dengan harapan.

Dalam data SKK Migas, pertumbuhan dari kebutuhan gas dalam negeri sangat rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi. Bahkan pertumbuhan kebutuhan industri retail pada rata-rata 1,02% per tahun. SKK Migas kata Taslim terus melakukan koordinasi intensif agar cadangan gas bisa dimonetisasi.

“Kami nggak henti-hentinya kerja sama dengan buyer bagaimana cadangan cadangan yang sudah POD dan sudah dikontrakkan bisa diambil sesuai dengan kontrak,” ujar Taslim.