CILACAP –  Setelah sukses melakukan uji komersial pemakaian bahan bakar Bioavtur-Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) pada akhir Oktober 2023 untuk pesawat Boeing milik maskapai Garuda Indonesia, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) sedang mempersiapkan uji komersial yang sama bahan bakar aviasi yang diproduksi Green Refinery Unit IV Cilacap untuk pesawat Airbus.

“Kami sudah mendapatkan permintaan uji terbang menggunakan SAF untuk Airbus dari Pelita Air. Ini merupakan kabar yang baik karena produk SAF yang ramah lingkungan sudah direspons dan diterima oleh pasar,” tutur Direktur Utama KPI Taufik Adityawarman, di Cilacap, Kamis (2/11).

Pengembangan Bioavtur-SAF merupakan komitmen KPI mewujudkan target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) 23% pada 2025 menjadi peta jalan penting masa depan energi berkelanjutan.  Taufik mengungkapkan bahan bakar Bioavtur-SAF memiliki potensi paling besar dalam upaya mengurangi emisi CO2 di industri penerbangan sipil. “Ini menjadi jawaban atas tantangan terhadap KPI tentang produk ramah lingkungan, berkelanjutan, dan target nol emisi karbon,” ucapnya.

Bioavtur-SAF sudah memenuhi standar internasional untuk spesifikasi Avtur ASTM D 1655, Defstan 91-91 latest issued, serta SK Dirjen Migas No.59 K Tahun 2022. Bahan bakar ini telah sukses melalui uji ground round dan flight test SAF pada mesin jet CFM56-7B di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, unuk penerbangan Garuda dari Soekarno Hatta ke Bandara Adisumarmo.

Direktur Utama KPI Taufik Adityawarman mengunjungi Kilang Cilacap.

Mesin Boeing berbeda dengan Airbus sehingga KPI perlu melakukan berbagai kajian dan persiapan agar uji terbang untuk Airbus akan sukses. Mungkin pelaksanaannya akan dilakukan dalam waktu dekat,” kata Taufik.

Kilang Cilacap, kata General Manager RU IV Edy Januari Utama, sudah siap memproduksi dan memenui permintaan Bioavtur-SAF. Ia yakin Kilang Cilacap akan mampu menjadi pemain penting untuk SAF di level regional. “Prospek pasarnya sangat bagus apalagi jika banyak negara sudah menjadikan penggunaan SAF sebagai mandatori bagi pesawat yang masuk ke negara tersebut. Misalkan Garuda membutuhkan SAF dalam jumlah tertentu, Kilang Cilacap sudah siap memenuhinya,” kata dia, saat mendampingi Direktur Utama dan awak media melihat unit Treated Distillate Hydro Treating (TDHT) Green Refinery RU IV Cilacap.

Green Refinery RU IV Cilacap dikembangkan sejak Februari 2022. Unit ini mampu memroduksi produk rendah emisi gas rumah kaca. Produk utama unit ini adalah Green Diesel dengan bahan baku 100 persen terbarukan dan memiliki kandungan sulfur lebih baik dari Euro V. “Kami telah memroduksi Bioavtur-SAF dengan kandungan renewable 2,4% dan kapasitas 9 KBPD melalui metode co-processing,” kata Edy.

Dia menjelaskan Kilang Cilacap merupakan contoh kilang terintegrasi yang sejalan dengan transisi energi. Kilang Cilacap saat ini telah menyelesaikan proyek Green Refinery Phase 1 dan akan dikembangkan dengan fase 2 yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengolahan Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) dari saat ini 3 KBPD menjadi 6 KBPD serta kemampuan untuk meningkatkan komponen nabati pada SAF dari 2,4% menjadi 100%.

Selain itu, ungkap Edy, pengembangan kilang Cilacap juga memungkinkan kilang untuk mengolah berbagai jenis feedstock antara lain Crude Palm Oil (CPO), Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) dan Used Cooking Oil (UCO) atau minyak jelantah. Hal ini sebagai wujud komitmen kuat dari KPI dalam menjalankan bisnis yang lebih ramah lingkungan.

KPI merupakan anak perusahaan Pertamina yang menjalankan bisnis utama pengolahan minyak dan petrokimia sesuai dengan prinsip ESG (Environment, Social & Governance). Perusahaan juga telah terdaftar dalam United Nations Global Compact (UNGC) dan berkomitmen pada Sepuluh Prinsip Universal atau Ten Principles dari UNGC dalam strategi operasional sebagai bagian dari penerapan aspek ESG.

“KPI akan terus menjalankan bisnisnya secara professional untuk mewujudkan visinya menjadi perusahaan kilang minyak dan petrokimia berkelas dunia yang berwawasan lingkungan, bertanggung jawab sosial serta memiliki tata kelola perusahaan yang baik,” tegas Taufik.(*)