HAMPIR 20 bulan sudah Agus Amperianto menjabat General Manager Pertamina EP Asset 4. Kinerja operasi-produksi dan finansial Asset yang mengelola lima field di empat provinsi di Tanah Air itu, yaitu Cepu Field, Poleng Field, Sukowti Fileld, Donggi-Matindok Field, dan Papua Field juga relatif positif. Pertamina EP Asset 4 memberi kontribusi ketiga terbesar minyak kepada PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) di bawah Pertamina EP Asset 5 (wilayah Kalimantan) dan Pertamina EP Asset 2 (wilayah Sumatera Bagian Selatan). Sedangkan produksi gas juga kontributor ketiga di bawah Pertamina EP Asset 2 dan Pertamina EP Asset 3 (wilayah Jawa Bagian Barat).

Sebelum didapuk jadi GM Pertamina EP Asset 5, Agus tiga kali menjadi field manager. Pertama, jadi Rantau Field Manager Pertamina EP Asset 1 di Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darussalam. Agus sukses membawa Rantau Field meraih PROPER Emas pada 2015. Selepas itu, Agus dimutasi jadi Cepu Field Manager Pertamina EP Asset 4. Di sini, Agus pun membenahi ladang migas lawas—peninggalan Belanda, yaitu Wonocolo dengan melibatkan koperasi. Terakhir, Agus dipercaya jadi Ramba Field Manager Pertamina EP Asset 1. Dunia-Energi menjadi saksi keprigelan Agus dalam negosiasi dan menunjukkan performa kepemimpinan nan unggul untuk mengatasi praktik pengeboran sumur minyak oleh oknum warga di wilayah kerja Pertamina EP Asset 1 Ramba Field, khususnya di Kecamatan Kluang dan Mangunjaya. Bekerja sama Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, Polres Musi Banyuasin, dan Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin serta didukung oleh manajemen Pertamina EP di Jakarta, Agus relatif sukses meminimalkan kegiatan pengeboran migas secara tidak sah atau illegal drilling yang dilakukan oknum warga yang diduga mendapatkan backing pihak tertentu.

Bagaimana kinerja Pertamina EP Asset 4 pada paruh pertama 2019? Bagaimana proyeksi kinerja secara keseluruhan di pengujung tahun nanti? Untuk mengungkap persoalan tersebut, wartawan Dunia-Energi Dudi Rahman, Hidayat Tantan, dan Lili Hermawan mewawancarai Agus Amperianto di kantornya, yang berada satu area dengan SKK Migas Perwakilan Jawa Bali Nusa Tenggara di Surabaya, belum lama ini. Berikut petikannya.

 

Bisa Anda jelaskan bagaimana realisasi produksi Pertamina EP Asset 4 sampai pertengahan tahun ini?
Saya ingin menyampaikan, hingga 31 Juli 2019, aktual produksi Pertamina EP (PEP) Asset 4 mencapai 15.640 barel per hari (bph). Sedangkan produksi gas sebesar 185,81 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd). Saat ini dari target year on year (yoy) PEP Asset 4 sebetulnya sudah 16.725, tapi aktual yoy saya sampai 31 Jul 2019 hanya 15.644 artinya hanya sekitar 94% angka SOP dari sebelumnya 96% sampai akhir Juni 2019. Mengapa turun? Karena kenyataanya memang sampai Juli 2019, kami banyak problem. Jadi untuk angka minyak saya hanya tercapai 93,54% atau 94%. Tapi saya punya prognosa sampai 2019 akhir produksi saya sampai 16.155. Artinya ini adalah 100,47% dari target prognosa yang diminta oleh manajemen. Jadi kontrak manajemen saya sampai dengan akhir 2019 itu adalah 16.079 bph, proyeksi saya 16.155 bph.

Realisasi produksi minyak itu berasal dari field mana saja?
Terbesar memang dari Sukowati Field. Ladang migas ini baru kami akuisisi pada 20 Mei 2018. Produksi minyak Sukowati Field per 31 Juli mencapai 8.854 bph dan diproyeksikan terus meningkat. Disusul produksi dari Cepu Field sebesar 2.700 bph, Poleng Field sekitar 2.500 bph, dan Papua Field sebesar 1.035 bph. Pasokan minyak juga dalam jumlah kecil berasal dari Donggi-Matindok Field sebesar 800-an bph dan dari unitisasi Wakamuk sebesar 50%, yaitu 94 bph.

Bagaimana dengan produksi gas?
Donggi-Matindok Field memang yang terbesar kontribusinya, yaitu 100 mmscfd. Disusul Cepu Field 69 mmscfd, Sukowati Field 13 mmscfd, dan Poleng Field 4 mmscfd dan dari Papua Field sangat kecil tidak sampai 1 mmscfd.

Berapa total pendapatan Pertamina EP Asset 4 sepanjang semester I?
Alhamdulillah, pendapatan kami per akhir Juni sekitar US$ 270 juta. PEP Asset 4 memberi kontribusi terbesar ketiga di bawah PEP Asset dan PEP Asset 3.

Berapa laba bersihnya?
Sekitar US$ 85 juta-US$86 jutaan.

Field mana yang memberi kontribusi terbesar kepada PEP Asset 4?
Donggi-Matindok itu kontribusinya paling besar kalau dari sisi penjualan volume gas, tapi kalau revenue tetap Sukowati Field karena Sukowati minyaknya lebih besar. Donggi-Matindok cuman dapat 800-an bph. Donggi-Matindok sudah jual gas 90-an mmscfd dan Sukowati 10 kali lipatnya dari minyak.

Bagaimana halnya dengan realisasi Anggaran Belanja Operasi (ABO)?
ABO tahun lalu sekitar US$59 juta, sampai semester I 2019 US$64 juta dari target PEP Asset 4 tahun ini sebesar US$ 143 juta, masih kurang dari separuhnya. Saya lihat di EBITDA Margin tahun lalu secara persentase 74% dan tahun ini 76%. EBITDA terus meningkat dari sisi jumlah, semester I tahun lalu US$ 166 juta, semester I 2019 record keuangan US$ 280 juta.

Dari sisi pencapaian operasi produksi dan finansial hingga semester I 2019, PEP Asset 4 sebenarnya on track dan cenderung mengarah positif. Apalagi bila targetnya tidak tinggi ya?
Kalau target itu kadang-kadang ada target yg dibebankan seperti kayak target revisi. Maksudnya begini, harga minyak patokannya US$70 per barel, kenyataannya skrg ini hanya US$ 61 (realisasinya). Padahal di awal pakein target US$60 itu kami tercapai.  Saya tak terlalu khawatir dengan tidak tercapai target margin EBIDTA itu karena perubahan dari minyak tak perlu khawatir, kalau kurs kan hampir sama. Kemarin kurs nya sekitar Rp14.100 per dolar AS yang dipakai. Fluktuasinya memang bergantung pada harga minyak.

Anda optimisits pada sisa waktu kurang dari lima bulan ke depan produksi bisa sesuai proyeksi?
Beberapa rencana kerja (RK) sampai dengan Desember 2019 masih cukup optimistis karena untuk sampai dengan Desember saya masih punya RK untuk di Sukowati, Cepu, Salawati, dan Poleng. Harapan saya peak production saya akan tercapai untuk mencapai proyeksi saya 2019 itu sekitar 17.600 bph pada akhir Desember 2019, sekarang Juli mulai 15.200 bph. Mudah-mudahan target produksi yang sampai Desember itu bisa menolong semua proyeksi produksi yang diharapkan. Pada 2020, kalau saya tercapai peak segitu target Januari 2020 itu pasti akan diturunkan dari 17.600bph paling diturunkan sampai 6% saja. Nah, optimisme kami masih akan kerjakan beberapa program untuk well intervension, work over, reparasi, optimasi atau reopening.

Apa hambatan yang mungkin muncul?
Kami berharap manajemen menyetujui masalah rig di Cepu. Di Cepu kami butuh rig yang 550 hp ada enam sumur yang akan kami kerjakan di Cepu. Karena sifatnya tender yang di luar PDSI (Pertamina Drilling Services Indonesia) punya, kami mungkin lelang tapi dengan persetujuan manajemen untuk melakukan pemilihan langsung atau tunjuk langsung. Lalu yang penting lagi rencana Sukowati itu masalah FID-final investment decission untuk pekerjaan produce water management. Harapan saya, kita bisa mengerjakan itu secara multi years sehingga masalah water handling di Sukowati itu bisa diselesaikan. Water handling di Sukowati itu hanya masalah kalau saya mau membesarkan sumur-sumur sesuai kapasitas karena air mengandung H2S itu air tak bisa ke atas. Airnya itu harus di treat di CPA-central processing area. Di Sukowati, di Mudi. Kalau di- treat di Mudi, dalam konteks kirim dari Sukowati ke Mudi, itu jarak 30 km tidak boleh di tengahnya dibelokkan oleh separator. Karena itu harus dikirim dengan trangline ke sana karena itu harus tertutup. Kami butuh biaya yang agak besar. Tapi kalau water management selesai, optimasi Sukowati bisa kami ajukan.

Bagaimana dengan field lain?
Kalau yang Donggi-Matindok, tidak ada isu kecuali saya dipasrahi oleh negara untuk membantu distribusi jaringan gas Luwu, programnya Pak Menteri ESDM. Pertamina menerima penugasan jargas itu melalui tie in future connection. Kami kan punya gas di Donggi-Matindok. Hambatan nya itu yang saya perlukan. Tapi secara umum kendala operasional tidak ada karena Alhamdulillah masalah perizinan lokal yang tempo hari agak lambat sudah mulai teratasi. Izinnya sudah agak mudah, mau pekerjaan malam, sosialisasi, itu sudah soft. Rig di Cepu itu 550 hp itu hanya sampai 2000-2500 feet saja. (DR)