JAKARTA – Seiring dengan momentum penurunan harga bahan bakar minyak (BBM), kesadaran masyarakat terhadap BBM berkualitas makin meningkat. Perbedaan kualitas premium dengan nonpremium, seperti pertalite dan pertamax yang dirasakan masyarakat telah membuat tren konsumsi BBM berubah.

Berdasarkan data PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi, pada Agustus 2016, penyaluran BBM jenis premium turun 13% dari 70 ribu kilo liter (kl) pada awal 2016 menjadi 56 ribu kl atau 63,4% dari total konsumsi BBM. Penurunan disebabkan peralihan dari pengguna premium ke pertalite dan pertamax.

Hal ini bisa dilihat dari konsumsi pertamax yang mencapai 15,8% dengan penyerapan sekitar 15 ribu kl per hari atau naik 226% dari konsumsi pada Januari 2016 yakni 5.000 kl. Bahan bakar jenis Pertalite mengambil porsi sebesar 20,5% dari total konsumsi BBM dengan capaian sebesar 20 ribu kl per hari atau naik 462% dari konsumsi Januari 2016 sebanyak 4.500 kl.

Chairul M Poetra, Ketua Umum AvanzaXenia Indonesia Club (Axic), mengatakan perbedaan kualitas antara premium dan pertalite atau pertamax cukup signifikan. “Selain mobil lebih hemat karena melaju lebih jauh per liter, akselerasi mobil juga lebih baik,” kata Chairul, Kamis (8/9).

Kualitas BBM salah satunya dilihat dari bilangan oktan atau research octane number (RON). RON menunjukkan kekuatan tekanan atau kompresi BBM terhadap mesin. Semakin tinggi kadar oktan akan berdampak baik terhadap kinerja mesin. Dengan BBM beroktan tinggi, residu atau kotoran sisa pembakaran pada mesin bisa diminimalisir. Premium memiliki RON 88, paling rendah dibandingkan pertalite yang memiliki RON 90 dan pertamax dengan RON 92.

Chairul yang saat ini menggunakan jenis bahan bakar pertalite dan terkadang pertamax, mengungkapkan pemilihan jenis bahan bakar karena menyesuaikan dengan faktor kebutuhan mesin. Selain juga dipengaruhi faktor harga dan kemudahan dalam membeli. Menurut Chairul sebagian besar anggota komunitas  Axic menggunakan bahan bakar nonpremium. Penggunaan jenis bahan bakar yang ideal juga seringkali menjadi pembahasan.

“Kami juga melihat tren konsumsi BBM nonsubsidi makin besar, yang salah satunya dipengaruhi kesadaran masyarakat yang makin baik. Untuk itu, harga BBM nonsubsidi sebaik dijaga agar tidak terlalu tinggi dari premium,” ungkap dia.

Saat ini perbedaan harga premium dengan pertalite dan pertamax sudah tidak terlalu jauh. Harga premium di Jadebotabek dibanderol Rp 6.450 per liter. Sementara harga pertalite Rp 6.900 per liter dan pertamax Rp 7.350 per liter dengan kualitas jauh lebih andal dibandingkan premium.

Sementara itu bagi Budi Santoso, pengguna Mazda CX9, pemilihan jenis BBM dipengaruhi faktor kualitas. Selain yang bersih lingkungan, BBM yang digunakan juga menghasilkan performa mesin yang bagus.  “Saya biasa gunakan pertamax. Pengaruhnya sangat signifikan terhadap performa mesin,” kata Budi yang juga Direktur Eksekutif Center for Indonesian Resources Studies.

Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri (LAPI) ITB dalam kajiannya pernah menyatakan masing-masing bahan bakar minyak seperti premium, pertalite dan pertamax  memiliki perbedaan.LAPI melakukan uji coba terhadap kendaraan roda dua maupun roda empat, di antaranya Beat 110 cc Full Injection (FI), Vario 125 ccFI, dan Vixion 150 cc FI. Sedangkan roda em¬pat pada jenis Camry, Avanza, dan Mercedes Benz. Hasilnya, performa pertalite lebih baik dibanding premium namun di bawah pertamax.(RA)