JAKARTA – Realisasi lifting minyak dan gas bumi hingga 30 Novemver 2020 masih belum mencapai target. Data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mencatat lifting minyak sebesar 703,7 ribu barel per hari (bph) atau 99,8% dari target 705 ribu bph. Untuk realisasi lifting gas baru 98,1% dari target 5.556 juta kaki kubik per hari (MMscfd) atau sebesar 5.455 MMscfd.

Julius Wiratno, Deputi Operasi SKK Migas, mengatakan meskipun pada November lifting belum mencapai target, hingga akhir tahun target diproyeksi bisa tercapa, bahkan lebih.

Oil and gas saat ini masih 99%. Outlook oil akan lebih sedikit, 103%. Semoga dalam dua minggu ini tidak ada kegagalan lifting karena cuaca dan dan sebagainya,” kata Julius dalam diskusi virtual, akhir pekan lalu.

Julius menambahkan untuk gas hingga akhir tahun tetap tidak akan mencapai target. Serapan gas oleh para konsumen sangat berpengaruh terhadap realisasi lifting gas. “Untuk gas belum bisa 100% karena ada faktor penyerapan dari offtaker yang lebih rendah dari seharusnya. Demand-nya berkurang,” ungkap Julius.

Untuk cost recovery, hingga November 2020 realisasinya mencapai US$7,26 miliar. Hingga akhir tahun SKK Migas memperkirakan cost recovery sesuai dengan perkiraan, yakni sebesar US$8,12 miliar.

Menurut Julius, berbagai upaya efisiensi telah dilakukan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), namun karena butuh biaya ekstra guna menjaga produksi maka biaya tetap harus dikeluarkan.

“Terkait cost recovery, belum bisa 100% memenuhi keinginan teman-teman di DPR. Targetnya tidak bisa dikurangi. Kami maksimal capai sama. Hingga hari ini masih dibawah maksimum, tapi outlook-nya kurang lebih sama,” katanya.

Namun demikian Julius mengaku masih bisa bernafas lega lantaran penerimaan negara hingga November telah mencapai US$7,86 miliar. Bahkan, hingga akhir tahun  realisasinya diproyeksi akan jauh melebihi target yang telah ditetapkan sebesar US$5,86 miliar. “Berita bagusnya penerimaan negara ditargetkan US$5,86 miliar, ternyata jauh melebihi. Kita akan end-up di akhir tahun dengan US$8,59 miliar,” kata Julius.(RI)