JAKARTA– Newmont Mining Corp (NMC), perusahaan tambang emas dan tembaga yang berbasis di Colorado, Amerika Serikat, kini memasuki babak baru. Setelah melepas kepemilikan saham mayoritas di PT Newmont Nusa Tenggara, perusahaan emas dan tembaga nomor dua terbesar nasional di Batu Hijau, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat pada awal November 2016, NMC kini boleh menasbihkan diri sebagai perusahaan pertambangan emas terbesar di dunia, mengalahkan raksasa tambang lainnya seperti Barrick Gold maupun Freeport-McMoRan.

Maklumlah, pada Senin (14/1),manajemen NMC mengumumkan akuisisi Goldcorp Inc. Goldcorp padalah perusahaan tambang emas yang berasal dari Kanada. Total nilai akuisisi itu sekitar US$ 10 miliar atau sekitar Rp141 triliun (kurs Rp 14.100 per dolar AS).

Dalam keterbukaan informasi yang dirilis di laman perseroan, manajemen NMC menyatakan membeli seluruh saham biasa dan outstanding Goldcorp dalam transaksi saham per saham. Saham tersebut dibeli 0,3280 per satu saham Newmont. Ini menunjukkan 17% premium berdasarkan harga rata-rata saham selama 20 hari perdagangan.

Manajemen NMC menyatakan, industri pertambangan emas dunia saat ini berkonsolidasi karena merosotnya aktivitas pertambangan. Jumlah tambang berkurang drastis sehingga biaya-biaya naik dan para produsen pun memilih jalan merger atau beraliansi.

Manajemen NMC menyatakan perusahaan hasil merger akan diberi nama Newmont Goldcorp. Perusahaan baru ini diproyeksikan memproduksi emas sebanyak 7,9 juta ounce per tahun.

“Kombinasi ini akan menciptakan bisnis emas terdepan dunia dengan aset-aset, orang-orang, dan prospek serta peluang-peluang terbaik,” kata Gary Goldberg, CEO Newmont dalam siaran pers NMC di laman perseroan.

David Garofalo, Presiden dan CEO Goldcorp, menambahkan merger tersebut akan menghasilkan perusahaan emas terbesar di dunia. Newmont Goldcorp akan menjadi salah satu produsen emas terbesar Kanada dan akan memiliki kantor regional Amerika Utara di kota Vancouver.

“Kami perkirakan memiliki total produksi tahunan emas lebih dari tiga juta ounce,” kata Garofalo.

Goldberg, yang sudah menjadi CEO NMC sejak 2013, akan tetap menjabat CEO sampai proses merger tuntas. Penyelesaian akuisisi diperkirakan tercapai pada kuartal IV 2019.

Newmont Goldcorp juga berencana menjual aset hingga US$ 1,5 miliar dalam dua tahun ke depan. Pelepasan aset tersebut untuk mengoptimalkan produksi emas pada level yang dipandang berkelanjutan, yaitu sekitar 6 juta-7 juta ounce per tahun.

Hingga kuartal III 2018, NMC membukukan penjualan US$ 5,2 miliar, turun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang tercatat US$ 5,4 miliar. Ini terdiri atas penjualan emas US$4,97 miliar, turun dari US$ 5,23 miliar dan tembaga sebesar US$ 229 juta, naik dari US$ 227 juta.

Karena pendapatan turun, laba bersih juga turun menjadi US$ 365 juta dari sebelumnya US$ 408 juta. Asumsi harga jual rata-rata emas US$ 1.271 per ounces, naik dari US$ 1.249 dan tembaga dari US$ 2,71 per pound menjadi US$ 2,79 per pound.

Di Indonesia, Newmont sejatinya adalah perusahaan tambang terkemuka yang menerapkan penambangan kelas dunia di Batu Hijau. Memperoleh kontrak karya pada 1986, Newmont– yang menguasai saham mayoritas di NNT– memulai produksi perdana tambang Batu Hijau pada 2000. Setelah 16 tahun memproduksi tembaga dan emas dari tambang terbesar kedua setelah tambang PT Freeport Indonesia di Papua, per 2 November 2016, NMC resmi melepas seluruh kepemilikan saham di NNT kepada PT Amman Mineral Internasional (AMI). AMI memiliki 82,2% saham NNT dengan total akuisisi sekira US$ 2,6 miliar. Sisa 17,8% saham NNT dimiliki PT Pukuafu Indah.

AMI adalah perusahaan Indonesia yang pemegang sahamnya adalah AP Investment dan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC). Dalam proses transaksi pembelian saham NNT ini, AMI didukung oleh konsorsium perbankan Indonesia dan internasional. Belakangan, AMI mengubah nama NNT menjadi PT Amman Mineral Nusa Tenggara. (DR/RA).