JAKARTA– PT Kideco Jaya Agung, perusahaan jasa tambang yang menjadi anak usaha PT Indika Energy Tbk (INDY) yang melakukan kegiatan penambangan di Kabupaten Pasir, Kalimantan Timur, mencatatkan penurunan laba bersih sepanjang 2016 sebesar 35,8% menjadi US$ 88,6 juta atau sekitar Rp 1,19 triliun (kurs Rp 13.500 per dolar AS) dari 2015 sebesar US$ 138,1 juta atau setara Rp 1,86 triliun. Penurunan laba tersebut didorong oleh berkurangnya penjualan sebesar 24,8% dari US$ 1,66 miliar pada 2015 menjadi US$ 1,23 miliar pada 2016.

Kendati Kideco bisa menekan beban pokok penjualan hingga US$ 1,1 miliar dibandingkan 2015 sebesar US$ 1,4 miliar, tetap tak mampu mengerek laba bersih perseroan karena pendapatannya yang berkurang lebih dari US$ 400 juta.

Berdasarkan laporan publikasi tahunan Indika Energy 2016, Kideco Jaya Agung mencatatkan laba kotor pada 2016 sebesar US$ 180 juta, turun 36% dibandingkan 2015 sebesar US$ 281 juta dan 2014 yang mencapai US$ 328,3 juta.

Di sisi lain, Kideco berhasil mengurangi beban usaha sebesar 11,1% dari 27,8% pada 2015 menjadi US$ 24,7 juta. Hal ini menyebabkan laba usaha sepanjang 2016 tercatat US$ 155,4 juta, turun 38,7% dibandingkan 2015 sebesar US$ 253,6 juta.

Laporan publikasi tahunan Indika Energy juga memperlihatkan penjualan terbesar batubara Kideco Jaya Agung terbesar adalah ke China, yaitu 8,6 juta ton atau 26,7%. Penjualan berikutnya adalah ke India sebesar 3,23 juta atau 10%, ke Korea Selatan 2,65 juta ton atau 8,2%, Filipina 2,35 juta ton atau 7,2%. Sementara sisanya ke Malaysia 1,835 juta ton (5,7%), Jepang 1,46 juta ton (4,5%), Taiwan 1,27 juta ton (3,9%), dan Thailand 970 ribu ton atau 3% serta lain-lain 1,45 juta ton (4,5%). Sisa 8,56 juta ton penjualan lainnya untuk pasokan domestik sebesar 26,4%.

Penurunan penjualan juga didorong berkurangnya produksi batubara dari tambang yang dikelola Kideco Jaya Agung. Produksi batubara 2016 tercatat 32,1 juta turun dari 2015 sebesar 39 juta dan 2014 sebesar 40,3 juta. Penurunan produksi pada 2015 adalah perama kali dalam sejarah. Dari 1998 hingga 2014, produksi batubara Kideco Jaya Agung terus naik. Pada 1998 produksi hanya 5 juta ton. Pada 10 tahun kemudian produksi naik menjadi 31,5 juta ton.

Di sisi lain, sumber daya daya batubara Kideco Jaya Agung berdasarkan data JORC Report Juni 2015 sebesar 1,375 miliar ton. Ini terdiri atas sumberdaya batubara di Samarangu terbear 935 juta ton, berikutnya Roto Tengah 187 juta ton dan Roto Selatan 175 juta ton. Adapun overburden removal mencapai 193,9 juta BCM dengan stripping ratio rata-rata 6,0 kali dengan tertinggi di Roto Selatan 8,8 kali dan Roto Tengah 8,3 kali.

Penurunan kinerja operasi juga memengauhi aset dan kewajiban perusahaan. Pada 2016, total aset perseroan tercatat US$ 445,3 juta, turun 23,6% dibandingkan 2015 sebesar US$ 582,8 juta. Jumlah aset ini terdiri atas aset lancar US$ 273,9 juta, turun dari 2015 sebesar US$ 400,5 juta. Sedangkan aset tidak lancar turun tipis dari US$ 182,2 juta pada 2015 menjadi US$ 171,4 juta.

Sementara itu, total utang perusahaan juga turun 23,1% menjadi US$ 259,6 juta menjadi US$ 199,7 juta. Ini terdiri atas utang lancar US$ 146 juta dari US$ 211,5 juta pada 2015. Adapun utang tidak lancar tercatat malah naik dari US$ 48 juta pada 2015 menjadi US$ 53,7 juta pada 2016. (DR)