JAKARTA – PT Timah Tbk (TINS) akan memulai pembangunan pabrik pengolahan monasit untuk untuk menghasilkan senyawa logam tanah jarang, uranium, thorium, apabila sudah sudah ada kepastian produk dapat dipasarkan. Monasit merupakan salah satu mineral  ikutan dari kegiatan pengusahaan timah.

“Konstruksi akan dimulai bila sudah ada kepastian produk dapat dipasarkan, sedangkan nilai investasi dan tujuan eksport masih belum dapat disampaikan,” kata Trenggono Sutioso, Direktur Pengembangan Usaha dan Niaga Timah kepada Dunia Energi, baru-baru ini.

Di Indonesia, seperti penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batu Bara (Tekmira), terdapat dua jenis mineral yang mengandung logam tanah jarang yakni monasit dan senotim. Nantinya, logam tanah jarang akan bermanfaat dalam pembuatan mobil listrik.

Beberapa daerah di Indonesia yang mengandung daerah deposit monasit yaitu Bangka-Belitung, Karimata/Ketapang, Rirang-Tanah Merah.

Di Bangka, mineral monasit diperoleh sebagai hasil samping penambangan timah. Data dari Pusat Sumberdaya Geologi pada 2007 menyebutkan bahwa cadangan monasit di Indonesia sekitar 185.992 ton dengan konsentrasi terbanyak di daerah penghasil timah.

Penelitian dan pengembangan logam tanah jarang di Indonesia sudah dilakukan, baik oleh Tekmira, Badan Teknologi Atom Nasional (BATAN) maupun berbagai lembaga penelitian, perguruan tinggi maupun industri.

Pilot plant pemanfaatan logam tanah jarang Monasit menjadi oksida di PT Timah, merupakan hasil penelitian tersebut.

Menurut Trenggono, saat ini PT Timah menunggu produk yang dihasilkan berupa RE Carbonate termasuk produk yang dapat di ekspor mengacu kepada Peraturan Menteri (Permen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

“Karena produk RE Carbonate ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan logam tanah jarang industri dalam negeri. Sisa yang tidak terserap di dalam negeri akan di ekspor,” tandas Trenggono.(RA)