JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menyatakan mulai melakukan transisi energi baik dalam kegiatan operasional maupun bisnisnya. Untuk itu manajeman mengalokasikan anggaran untuk pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 9% dari total Capital Expenditure (Capex) pada periode 2020-2024 yang mencapai US$92 miliar. Itu artinya dana yang dialokasikan untuk EBT sebanyak US$8,28 miliar.

Iman Rachman, Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina, mengungkapkan nilai tersebut menunjukkan keseriusan Pertamina dalam melakukan transisi energi. “Nilai tersebut lebih tinggi dari investasi EBT perusahaan energi internasional yang rata-rata hanya sebesar 4,3%,” kata Iman, Selasa (29/6).

Iman menuturkan dunia saat ini menghadapi disrupsi permintaan yang signifikan, baik jangka pendek akibat Covid-19 maupun jangka panjang. Ke depan, permintaan energi fosil global diprediksi akan tetap tumbuh dan mencapai puncaknya pada 2030 sebelum kemudian menurun seiring pertumbuhan EBT yang pesat.

“Saat ini, kita sedang proses menuju transisi energi. Untuk itu, portofolio energi Pertamina akan diselaraskan dengan target bauran energi yang tertuang dalam grand strategy Energi Nasional pada 2025. Sebagian besar energi yang dipasok masih bahan bakar fosil, namun pertumbuhan EBT akan lebih agresif,” ujar Iman.

Sementara target bauran energi Pertamina secara umum adalah mengurangi porsi penggunaan BBM dan LPG menjadi 64%  dan meningkatkan porsi penggunaan gas menjadi 19% serta EBT menjadi 17% dari total bauran energi di 2030.

Di Indonesia, permintaan energi diproyeksi akan pulih pasca Covid-19 pada 2022 dan kemudian tumbuh sekitar 2,1% per tahun hingga 2040. Bauran energi akan mendukung penurunan emisi dengan target 29% di 2030 dengan tetap memenuhi kebutuhan energi nasional yang mencapai 7 juta Tera Joule.

Dalam rangka mencapai target bauran energi tersebut, tutur Iman, Pertamina akan membangun rantai pasok migas yang terintegrasi dan secara aktif membangun portofolio EBT dengan memanfaatkan sumber daya dalam negeri. “Dengan strategi tersebut, pada tahun 2030 Pertamina akan memasok sekitar 71% dari total kebutuhan energi Indonesia,” kata Iman.(RI)