JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan impor BBM akan berhenti pada 2026. Hanya syaratnya, PT Pertamina (Persero) harus menyelesaikan semua proyek kilang yang saat ini sedang dikerjakan. Serta program penggunaan Bahan Bakar Nabati (BBN) dan campuran biodiesel ke solar terus berlanjut.

Tutuka Ariadji, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, mengatakan dengan rampungnya proyek kilang maka produksi BBM nasional akan jauh meningkat. “Sehingga pada 2026, dapat sama antara demand dan produksi BBM. Jadi akan secara konsisten mengurangi impor BBM,” kata Tutuka disela rapat dengan Komisi VII DPR, Senin (16/11).

Tambahan produksi BBM berasal dari rampungnya proyek perbaikan dan peningkatan kapasitas (upgrading) Kilang Balongan pada 2022 dan Kilang Balikpapan pada 2023. Pada 2026, tambahan kapasitas produksi BBM berasal dari proyek upgrading Kilang Cilacap dan proyek pembangunan Kilang Tuban.

Data Kementerian ESDM mengungkapkan ada fluktuasi permintaan serta suplai BBM nasional sejak 2020 hingga 2025. Namun pada 2026 impor BBM diperkirakan akan benar-benar disetop dengan kemampuan suplai BBM dalam negeri yang semakin baik. Impor BBM memang akan naik dari posisi tahun ini 16,76 juta Kiloliter (KL) menjadi 18,43 juta KL pada 2021. Namun, impor BBM kembali turun menjadi 16,65 juta KL pada 2022 dan kemudian menjadi 9,34 juta KL pada 2023.

Impor BBM kembali meningkat menjadi 10,45 juta KL pada 2024 dan mencapai 12,67 juta KL pada 2025.

Data tersebut berdasarkan asumsi konsumsi BBM naik sebesar 3,16% per tahunnya. Kebutuhan BBM nasional diperkirakan akan naik dari sebesar 69,72 juta KL pada tahun ini menjadi 72 juta-77 juta KL pada 2021-2022.

Kebutuhan BBM akan tembus di level 80 juta-87 juta KL pada 2024-2027, dan menjadi 90 juta-96 juta KL pada 2028-2030.

Fluktuasi perkiraan impor tersebut dipengaruhi oleh produksi BBM nasional dan pemanfaatan BBN. Pada 2021-2023, produksi BBM domestik masih di kisaran 44 juta-47 juta KL. Produksi BBM baru mulai meningkat di 2023, yakni menjadi 57,46 juta KL, dan bertahan pada level yang sama sampai 2025. Selanjutnya, mulai 2026, produksi BBM terus meningkat menjadi 84,27 juta KL hingga 2030.

Pemanfaatan BBN nasional diproyeksikan terus meningkat dari 8,43 juta KL pada tahun ini menjadi 10,5 juta KL pada 2023, dan menembus 12,8 juta KL pada 2025. Setelahnya, pemanfaatan BBN terus naik di kisaran 13,1-13,7 juta KL pada 2027-2029 dan mencapai 16,1 juta KL pada 2030. Pemanfaatan BBN inilah yang menutup selisih produksi dan kebutuhan BBM mulai dari 2026 hingga 2030.

Menurut Tutuka, BBN masih mengandalkan pencampuran biodiesel sebesar 30%. Selanjutnya, peningkatan BBM juga diperoleh dari co-processing minyak sawit menjadi solar hijau (green diesel) dan bensin hijau (green gasoline) di Kilang Dumai, Kilang Cilacap, dan Kilang Plaju mulai 2022, “Serta pengoperasian green refinery di Komplek Kilang Plaju mulai 2024,” kata Tutuka.(RI)