JAKARTA – Kebutuhan investasi hulu migas cukup besar untuk mengejar target lifing migas pada tahun 2030. Berdasarkan proyeksi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) investasinya hingga tahun 2030 bisa mencapai US$160 miliar.

“Untuk mengejar 1 juta barel per hari kita akan terus meningkatkan investasi. Kita targetkan hingga 2030 investasi sekitar US$160 miliar,” kata Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas dalam Energy Corner di CNBC TV Indonesia, Senin (1/11).

Tantangan besar tentu ditemui SKK Migas untuk mewujudkan target tersebut pasalnya tahun ini saja investasi diperkirakan tidak akan mencapai target. Hingga akhir tahun ini, SKK Migas pun memproyeksikan investasi hulu hanya US$11,2 miliar atau 90,04% dari target US$12,38 miliar. Sementara hingga kuartal III investasi yang tercatat baru mencapai US$7,9 miliar atau 64% dari target.

Dwi menjelaskan beberapa faktor membuat investasi hulu migas hingga sembilan tahun ini masih belum memuaskan. Diantaranya meliputi aktivitas pengeboran dan kegiatan eksplorasi pada tahun ini yang masih minim. Terutama sejak adanya pandemi COVID-19.

Ditambah lagi tahun lalu harga minyak mentah anjlok cukup parah, pelaku usaha lebih memilih berjaga-jaga. Meski pada tahun ini harga minyak sudah mulai terkerek naik.

“Untuk itu kita harapkan para pelaku hulu migas melakukan kegiatan investasi yang agresif,” ungkap Dwi.