JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mencatatkan hingga kuartal III tahun 2021 realisasi lifting minyak dan gas sebesar 1,640 barel oil equivalent per day (BOEPD) atau sebesar 96% dari target APBN.

Dalam catatan SKK Migas ada beberapa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang sukses mencapai target lifting baik unutk minyak maupun gas. Untuk minyak, terdapat tujuh KKKS yang mencapai diatas 100% target lifting. Adapun untuk gas terdapat 9 (sembilan) KKKS yang berhasil mencapai lifting (salur) gas diatas 100%.

KKKS yang berhasil melampaui target untuk minyak adalah Pertamina Hulu Mahakam (PHM) sebesar 25.119 barel minyak per hari (BPH) atau 114,5%, Medco E&P Natuna sebesar 14.509 BPH atau 138,2%, Pertamina Hulu Sanga-Sanga sebesar 12.129 BPH atau 101,9%, ConocoPhilips (Grissik) LTD sebesar 7.014 BPH atau 104,8%, JOB Pertamina – Medco Tomori Sulawesi LTD sebesar 6.730 BPH atau 103,9% dan Husky-CNOOC Madura LTD sebesar 6.564 BPH atau 109,4%.

Untuk gas KKKS yang capaian lifting melebihi target APBN antara lain ConocoPhilips (Grissik) LTD sebesar 831 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 106,5%, PHM sebesar 489 MMSCFD atau 119,2%, ENI Muara Bakau BV sebesar 325 MMSCFD atau 111,7%, JOB Pertamina – Medco Tomori Sulawesi LTD sebesar 283 MMSCFD atau 101,7%, Premier Oil Indonesia sebesar 197 MMSCFD atau 109,2%, Medco E&P Natuna sebesar 133 MMSCFD atau 111,2%, Husky-CNOOC Madura LTD sebesar 100 MMSCFD atau 100,3% dan Pertamina Hulu Energi ONWJ LTD sebesar 68 MMSCFD atau 109,5%.

Julius Wiratno, Deputi Operasi SKK Migas, mengatakan dampak COVID-19 masih sangat mengganggu operasional hulu migas. Namun demikian SKK Migas dan KKKS terus melakukan upaya agar kinerja hulu migas tetap optimal sehingga capaian lifting migas yang sebesar 96%, meskipun ada beberapa proyek utama yang penyelesainnya mundur dari target.

Dia menjelaskan akibat pandemi COVID-19 operasional hulu migas telah dijaga seketat mungkin dengan prosedur protokol kesehatan sudah melampaui yang ditetapkan Pemerintah, namun tetap ditemukan pekerja hulu migas maupun kontraktor di proyek yang terkena COVID-19.

Dampaknya terjadi outbreak, yang meskipun telah dilakukan berbagai cara hilangnya waktu akibat outbreak tidak semua bisa di recovery. “Seperti yang terjadi pada proyek Tangguh Train 3 dan Jambaran Tiung Biru (JTB) yang karena terjadi outbreak bertubi-tubi menyebabkan jadwal onstream meleset sehingga berdampak pada capaian lifting di tahun 2021”, kata Julius (27/10).

Julius mendorong KKKS yang belum mencapai target untuk meningkatkan kinerjanya di sisa tahun 2021 sekaligus akan menjadi level entry yang optimal memasuki tahun 2022, mengingat target APBN 2022 sudah dipatok tinggi.

“Tidak ada kata menyerah, kami akan berusaha sekuat tenaga untuk bisa merealisasikannya, sekaligus menjadi pondasi untuk upaya peningkatan produksi migas nasional secara berkelanjutan mencapai target 2030 yaitu produksi minyak 1 juta barrel dan gas 12 BSCFD”, kata Julius. (RI)