JAKARTA – Penjualan emas PT Freeport Indonesia hingga September 2020 turun 16,6% jika dibanding periode yang sama pada tahun lalu. Dalam data penjualan emas Freeport Indonesia yang dirilis Freeport McMoRan Inc akhir pekan lalu terungkap realisasi penjualan emas  hingga September sebesar 549 ribu ounces turun jika dibanding realisasi sembilan bulan 2019 yang mampu mencapai 659 ribu ounces. Untuk produksi emas juga turun menjadi 577 ribu ounces dibanding periode sembilan bulan 2019 yang mencapai 645 ribu ounces.

Di sisi lain sebenarnya produksi tembaga mulai merangkak naik dalam masa transisi ini. Per September lalu, produksi tembaga Freeport Indonesia mampu mencapai  543 juta ton atau naik 15,1% dari periode yang sama tahun lalu sebesar 461 juta pon. Penjualan tembaga juga meningkat menjadi 518 juta pon dibanding per September-2019 yang sebesar 464 juta pon.

Richard Adkerson, President dan Chief Executive Officer (CEO) Freeport McMoRan, mengatakan kegiatan operasi Freeport Indonesia tahun ini juga terdampak pandemi mulai dari penangangan material hingga isu pekerja.

“Kuartal ini kami menghadapi penghentian operasi (shutdown) sementara dan isu perawatan tak terduga (unscheduled maintenance). Tetapi kami berhasil mencapai target sesuai rencana,” kata Adkerson, akhir pekan lalu.

Meskipun penjualan emas menurun tapi manajemen kata Adkerson masih bisa menyambut baik mulai meningkatnya produksi tembaga dari tambang bawah tanah dengan adanya berbagai strategi peningkatan kegiatan di tambang bawah tanah. Belanja modal Freeport Indonesia untuk proyek tambang bawah tanah ini diperkirakan sebesar US$ 900 juta per tahun untuk periode 2020-2022.

“Tim kami telah mencapai target kuartalan untuk penjualan dan terus mencapai perkembangan yang bagus terkait ramp up (peningkatan) produksi dari tambang bawah tanah kami, yakni Grasberg Block Cave dan Deep Mill Level Zone (MLZ),” ungkap Adkerson.

Menurut Adkerson, tahun ini menjadi tantangan bagi Freeport menyusul selesainya penambangan bijih dari tambang terbuka di akhir tahun lalu. Pada 2020, Freeport memulai produksi bijih dari tambang bawah tanah dengan volume yang cukup rendah. Kemudian, perusahaan juga terpukul jatuhnya harga tembaga dengan terjadinya pandemi Covid-19.

Freeport Indonesia akan terus meningkatkan kegiatan di tambang bawah tanah. Freeport berhasil menambahkan 55 drawbells di Grasberg Block Cave dan Deep MLZ sehingga total terpasang lebih dari 300 drawbell pada akhir kuartal III tahun ini.

Rata-rata produksi bijih dari kedua tambang ini juga tercatat sudah mencapai sekitar 60 ribu ton per hari atau 9% lebih tinggi dari realisasi kuartal kedua 2020. Namun, realisasi ini lebih rendah 15% dari proyeksi per Juli 2020 karena shutdown tidak terduga. Tetapi target volume produksi dapat tercapai di kuartal ketiga 2020 lantaran grade bijih yang lebih tinggi.

“Kami akan terus mengejar target produksi logam yang akan mencapai 90% dari target ramp up di pertengahan tahun depan,” ujar Adkerson.(RI)