JAKARTA – PT Atlas Resources Tbk (ARII), perusahaan tambang batu bara, berniat fokus pada penjualan batu bara kalori rendah (low rank) untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di dalam negeri. Hal ini sejalan dengan peningkatan permintaan batu bara nasional.

Andre Abdi, Presiden Direktur Atlas Resources, mengatakan permintaan batu bara domestik dari PT PLN (Persero) maupun industri naik hingga 13% per tahun. Kebutuhan energi batu bara untuk pembangkit listrik nasional dalam lima tahun ke depan diproyeksikan masih cukup baik.

“Kami akan fokus ikut tender PLN. Fokus di kalori 4.000-4.200 kcal/kg (low rank). Kuartal II akan tandatangan kontrak dengan PLN, setelah negosiasi harga. Kami merasa kerugian yang lalu karena kalori yang medium rank,” kata Andre di Jakarta, Selasa (20/6).

Atlas melalui anak usahanya, PT Hanson Energy (HE), telah menandatangani perjanjian jual beli batu bara dengan PLN untuk memasok kebutuhan PLTU Jawa Barat (Pelabuhan Ratu) 2 pada Desember 2014 dan untuk kebutuhan PLTU Sumatera Barat (Teluk Sirih) pada November 2013.

Hanson sebelumnya juga menandatangani perjanjian jual beli batu bara dengan PLN untuk memasok kebutuhan PLTU Banten 3 (Teluk Naga) pada September 2012 dan ke PLTU Tarahan Baru (Lampung).

Sejak awal beroperasi, perseroan telah terlibat dalam sejumlah pengembangan proyek, di antaranya eksplorasi di lokasi tambang Berau Bara Energi (BBE) di Hub Berau yang memproduksi batu bara jenis thermal coal. Serta proyek eksplorasi di lokasi tambang Diva Kencana Borneo (DKB) di Hub Kubar yang memproduksi batu bara dengan kandungan kalori tinggi dan batubara jenis metallurgical coal.

Selain itu, Atlas juga mengakuisisi Hanson Energy di Hub Oku. Ekspansi aset pertambangan perseroan ini kemudian dilengkapi dengan aksi akuisisi atas Grup Gorby, yang kini dikenal dengan Proyek Mutara (dahulu Proyek Muba), serta atas Optima Persada Energi (OPE), yang memiliki enam lahan konsesi pertambangan dan dua anak usaha di bidang jasa logistik.

Lahan konsesi Atlas Resources secara keseluruhan mencapai luas lebih dari 200.000 hektar (Ha).

“Untuk menambah ekuitas maupun memperbaiki kinerja keuangan, kami akan jual aset kalori

tinggi seperti Diva Kencana Borneo. Akan kami tawarkan ketika harga sudah membaik untuk mengurangi liabilitas perusahaan. Sudah ada persetujuan dari kreditor,” tandas Andre.(RA)