JAKARTA – PT Samindo Resources Tbk (MYOH), emiten jasa tambang terintegrasi, mencatatkan pendapatan konsolidasi sebesar US$120,9 juta atau setara Rp1,69 triliun, naik 8,1% dibandingkan perolehan pendapatan pada 2018 yang tercatat US$ 111 juta (year-on-year). Kenaikan pendapatan ini dicapai perseroan di tengah kondisi cuaca yang kurang mendukung, yakni tingginya curah hujan yang menghambat aktivitas tambang.

Ahmad Saleh, Direktur Operasi dan Pengembangan Bisnis Samindo Resources, mengatakan pada semester I 2019 kondisi cuaca menjadi tantangan perushaan karena curah hujan terbilang tinggi sehingga memengaruhi produktivitas operasional. Toh, menurut Ahamd, hal itu bukan berarti perseroan tidak melakukan antisipasi guna menanggulangi kendala tersebut. “Pada Januari-Maret curah hujan tinggi, mulai turun sejak April,” ujar Ahmad di Jakarta, Rabu (28/8).

Ahmad mengatakan, untuk menjaga produktivitas, Samindo sejak akhir kuartal I 2019 menambah alat berat, berupa 10 dump truck yang memungkinkan perseroan menggenjot aktivitas operasional di saat tidak terjadi hujan. Hasilnya, aktivitas pemindahan batuan penutup dan produksi batu bara tumbuh sebesar 11,9% kendati cuaca kurang mendukung. Berkat kenaikan aktivitas tersebut, jumlah batu bara yang berhasil ditambang selama periode tersebut meningkat 32,7%.

Volume batuan penutup yang berhasil dipindahkan sampai Juli 2019 mencapai 30,7 juta bcm, naik 3,1% dibandingkan Juli 2018. “Sedangkan volume batu bara yang berhasil ditambang mencapai 6,8 juta ton, naik signifikan 31,2% dari tahun sebelumnya,” jelas dia.

Dengan capaian periode Januari-Juni 2019 yang positif tersebut, Ahmad optimistis Samindo akan mampu mencapai target perseroan tahun ini, bahkan melampauinya. Apalagi, kondisi cuaca dan curah hujan di paruh kedua tahun ini diyakini akan lebih mendukung untuk aktivitas penambangan.

Ahmad Zaki Natsir, Head of Investor Relations, mengatakan tahun ini Samindo menargetkan pemindahan batuan penutup mencapai 58,1 bcm dan volume batu bara yang berhasil ditambang mencapai 10,5 juta ton. Sementara, pendapatan di akhir tahun 2019 ditargetkan mencapai US$ 280 juta.

“Kami akan fokus menggenjot aktivitas produksi di semester kedua di mana curah hujan diprediksi lebih rendah,” ujar Zaki. (DR)