JAKARTA– PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), subholding BUMN di sektor pertambangan, baru menyerap belanja modal (capital expenditure) sekitar Rp1,011 triliun atau 30,7% pada semester I 2018 dari total belanja modal yang sepanjang tahun ini yang diproyeksikan Rp3,29 triliun. Kendati demikian, daya serap belanja modal tahun ini lebih baik ketimbang periode sama tahun lalu yang tercatat Rp813,57 miliar.

Berdasarkan keterbukaan informasi Aneka Tambang yang disampaikan kepada Otoritas Bursa, dari penyerapan belanja modal periode Januari-Juni 2018, sebanyak Rp923,7 miliar terserap untuk investasi pengembangan. Sisanya sebesar Rp82,69 miliar dan Rp4,68 miliar merupakan biaya ditangguhkan.

Sementara sepanjang tahun ini, belanja modal Aneka Tambang mayoritas atau sekitar Rp2,82 triliun dialokasikan untuk investasi pengembangan. Sisanya sebesar Rp366,33 miliar untuk investasi rutin dan Rp108,95 miliar merupakan biaya ditangguhkan.

Arie Prabowo Ariotedjo, Direktur Utama Aneka Tambang. (Foto: Dunia-Energi/Tatan A Rustandi)

Proyeksi belanja modal perusahaan tahun ini merupakan yang terbesar sejak 2014. Pada tahun tersebut, belanja modal perusahaan tercatat Rp2,82 triliun, dengan alokasi terbesar, yaitu Rp2,55 triliun untuk investasi pengembangan. Sementara pada 2015, belanja modal tercatat Rp2,013 triliun dengan alokasi Rp1,74 triliun untuk investasi pengembangan. Tahun 2016 adalah alokasi belanja modal terkecil, yaitu Rp988,25 miliar dengan Rp719,51 miliar di antaranya untuk investasi pengembangan. Adapun pada 2017, belanja modal adalah Rp1,73 miliar dengan Rp1,49 miliar di antaranya untuk investasi pengembangan.

Manajemen Aneka Tambang menyatakan, rencana modal perusahaan tersebut mencerminkan pengelolaan keuangan yang cermat di tengah volatilitas harga komoditas.

Arie Prabowo Ariotedjo, Direktur Utama Antam, sebelumnya mengatakan peningkatan belanja modal Antam tahun ini seiring dengan rencana ekspansi perseroan.
“Ke depannya jumlah capex akan semakin meningkat karena kita banyak mengembangkan smelter baru. Tapi belanja modal yang tahun ini base on going proyek,” katanya.

Tahun ini Aneka Tambang akan meningkatkan utilisasi operasi pabrik Feronikel Pomalaa secara bertahap hingga mencapai kapasitas terpasang sebesar 27.000 dalam feronikel (TNi). Perusahaan pun menargetkan volume produksi sebesar 26.000 ton nikel, meningkat 19% dibandingkan dengan capaian 2017 sebesar 21.762 TNI.

Dalam hal pegembangan komoditas bauksit, perusahaan berfokus kepada pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) bekerja sama dengan induk usahanya, yakni PT Indonesia Asahan Aliminium atau Inalum (Persero). SGAR memiliki memiliki kapasitas pengolahan sebesar 1 juta ton SGA per tahun (Tahap 1).

Arie memperkirakan tahun ini perseroan mencatatkan pendapatan dan laba bersih perseroan mengalami pertumbuhan yang signifikan. Hal ini didorong peningkatan volume penjualan dan menguatnya harga logam andalan perseroan, yakni emas, nikel, dan bauksit.

Sepanjang semester I 2018, Aneka Tambang mencatatkan penjualan Rp11,8 triliun, naik signifikan dibandingkan periode sama tahun lalu yang tercatat Rp3,01 triliun. Laba kotor perusahaan tercatat Rp1,6 triliun, naik signifikan dari Rp134 triliun (year on year) dan laba bersih mencapai Rp344 triliun dari rugi bersih Rp496 miliar pada periode sama 2017.

Kinerja keuangan yang cukup apik itu ditopang oleh penjualan. Feronikel misalnya, pada semester I 2018 mencatatkan penjualan yang cukup signifikan, yaitu sebesar 12.578 ton, naik dari 6.634 pada periode sama tahun lalu. Penjualan bijih nikel juga positif dari 326 ton menjadi 1.921 ton. Demikian pun emas dari 3,29 ton menjadi 13,76 ton. Sedangkan bauksit naik tipis dari 128 ton menjadi 256 ton.

Per 2017, Aneka Tambang memiliki cadangan nikel sebesar 333 juta metrik ton dengan sumber daya 1.356 juta metrik ton. Bijih bauksit cadangan 46 juta metrik ton dengan sumber daya 567 juta metrik ton. Sedangkan bijih emas 2,66 juta dry metrik ton dengan sumber daya 5,98 juta dry metrik ton. (DR)