JAKARTA-PT Bukit Asam Tbk (PTBA), emiten pertambangan batu bara dengan produksi terbesar keenam nasional, memberi kontribusi sebesar 50% atau sekitar Rp 1,45 triliun laba bersih perusahaan terhadap laba bersih PT Inalum (Persero), induk usaha badan usaha milik negara (BUMN) di sektor pertambangan sepanjang kuartal I 2018. Total laba bersih Inalum pada periode Januari-Maret 2018 sebesar Rp 2,9 triliun. Selain berasal dari Bukit Asam, pendapatan Inalum juga berasal dari tiga kepemilikan saham di PT Timah Tbk (TINS), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Freeport Indonesia.
Bukit Asam menjadi pemberi kontribusi laba bersih terbesar bagi Inalum. Pada periode Januari-Maret 2018, Bukit Asam membukukan kenaikan laba bersih 66,64% bila dibandingkan dengan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 870,83 miliar.
Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama Inalum, mengatakan kenaikan laba bersih tersebut juga sejalan dengan kenaikan pendapatan Bukit Asam. Hingga kuartal I 2018, perusahaan membukukan pendapatan sebesar Rp 5,75 triliun. “Capaian ini naik 26,43% bila dibandingkan dengan pendapatan pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 4,55 triliun,” ujarnya saat buka puasa bersama pemimpin redaksi di Jakarta, Jumat (18/5).
Peningkatan pendapatan dan laba bersih juga ditopang efisiensi yang dilakukan perusahaan. Hal itu nampak dari laba kotor perusahaan yang naik 52,52% dari sebelumnya Rp 1,69 triliun menjadi Rp 2,58 triliun pada kuartal I-2018. Tercatat beban pokok pendapatan kuartal I-2017 sebesar Rp 2,85 triliun dan beban pokok pendapatan kuartal I-2018 sebesar Rp 3,17 triliun.
Sementara itu, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), memberi kontribusi kedua di bawah Bukit Asam terhadap induk usaha. Pertumbuhan angka penjualan terjadi di berbagai produk emas dan feronikel telah mendorong kinerja perusahaan.
Berdasarkan laporan Aneka Tambang kepada Otoritas Bursa, Laba tahun berjalan Aneka Tambang yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 245,68 miliar. Angka ini melesat 3.603% dibanding perolehan laba di periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu Rp 6,63 miliar. Cikal bakal melesatnya laba Antam ini adalah kenaikan pesat angka penjualan, yaitu sebesar 247% year on year menjadi Rp 5,73 triliun, berbanding sebelumnya Rp 1,65 triliun.
Kenaikan penjualan Antam terjadi pada emas, feronikel, bijih nikel, bijih bauksit, dan perak. Sedangkan batubara dan logam mulia lainnya mencatat penurunan penjualan. Penjualan emas misalnya melesat 253% menjadi Rp 4,08 triliun. Penjualan feronikel juga tercatat naik lebih dari dua kali lipat menjadi Rp 972 miliar. Penjualan bijih nikel juga meroket 2.300% menjadi Rp 562 miliar dari sebelumnya Rp 23 miliar.
Adapun PT Timah Tbk (TINS), memberi kontribusi ketiiga laba bersih kepada Inalum. Namun, laba bersih Timah pada kuartal I 2018 turun dibandingkan periode sama tahun lalu karena volume penjualan emiten pelat merah tersebut turun.
Pendapatan Timah tercatat sejumlah Rp 2,03 triliun per Maret 2018, turun 0,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,05 triliun. Sedangkan laba bersih turun 17% menjadi Rp 54,6 miliar dari sebelumnya Rp 65,9 miliar.
Kinerja perusahaan cenderung melambat akibat faktor cuaca. Selain itu, regulasi ekspor timah yang baru juga turut menekan kinerja perusahaan.
Kegiatan ekspor timah Timah terhenti akibat terbitnya Peraturan Menteri (Permen) Energi dan Sumber Daya Mineral No 11 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pemberian Wilayah, Perizinan, dan Pelaporan Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba). Mandeknya kegiatan ekspor TINS lantaran Kementerian Perdagangan belum mengubah aturan mainnya. Pasalnya, persetujuan ekspor masih memerlukan rekomendasi ekspor atau eksportir terdaftar dari Kementerian ESDM.
Sementara itu, dalam Permen No 11 Tahun 2018 , salah satu poinnya menghapus rekomendasi ekspor dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara sehingga kegiatan ekspor bisa dilakukan tanpa persetujuan Kementerian ESDM dan bisa langsung diajukan ke Kementerian Perdagangan.
Adapun dari PT Freeport Indonesia, anak usaha Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc, Inalum diperkirakan memperoleh pemasukan (net profit) pada kuartal I 2018 sebesar Rp 1,149 triliun. Ini dengan asumsi total laba bersih Inalum pada kuartal I Rp 2,9 triliun dipotong kontribusi tiga anak usaha Inalum, yaitu Bukit Asam, Aneka Tambang, dan Timah. (DR)
Komentar Terbaru