WULANDARI sudah duduk bersila selama empat jam. Sesekali memang dia berubah posisi sambil merenggangkan pinggang dan tangannya kembali dengan lincah menorehkan lilin ke selembar kain yang telah digambar pola. Tidak berselanglama waktu menunjukkan pukul 12 lebih menandakan waktunya untuk istirahat, shalat dan makan siang. “Nanti jam 1 masuk lagi lanjut sampai jam tiga sore baru turun ke blok,” kata dia kepada Dunia Energi, Senin (23/10).

Sudah empat tahun ini Mama Wulan, sapaan akrab Wulandari menekuni tugasnya sebagai pembatik. Bukan karena ada darah seni mengalir dalam tubuhnya atau meneruskan keterampilan keluarga. Membatik bagi Mama Wulan adalah cara terbaik untuk menghabiskan waktu di Lapas Perempuan Kelas IIB Jambi yang dihuni narapidana dengan berbagai macam kasus – kasus seperti tindak pidana korupsi dan kasus yang terbanyak membelit warga Jambi termasuk perempuan yaitu narkoba.

Mama Wulan menceritakan saat awal harus menjalani hukuman merupakan saat-saat terberat dalam hidupnya. Masih tidak terbayangkan apa yang akan terjadi di dalam bui. Mentalnya runtuh tatkala harus mempersiapkan diri menjalani kehidupan serba terbatas dibalik jeruji. Namun saat batik hadir mengisi kehidupannya. Ibu dua anak berusia 49 tahun ini cukup terkejut karena apa yang dibayangkan selama ini tentang kehidupan penjara ternyata tidak terbukti. Saat pertama ditawari untuk mengikuti pelatihan yang ada di dalam lapas, tanpa ragu dia langsung mengiyakan. “Awalnya pikir penjara itu menyeramkan, takut juga. Tapi ternyata jauh dari itu semua, ada pelatihan batik dan lainnya,” kata dia tersenyum.

Mama Wulan tentu tidak sendiri, ada penghuni lapas lain yang ditempatkan ke dalam beberapa tim. Tugasnya tentu berbeda-beda, ada yang membuat pola batik serta bertugas dalam proses pengecatan sampai nanti kain batik siap untuk dipasarkan. Dalam sepekan produksi batik Lapas Perempuan ini bisa mencapai 4-5 kain batik.

Warga binaan yang tergabung dalam tim pengecatan kain batik produksi Lapas Perempuan IIB Jambi. (Foto/Dok/Dunia Energi – Rio Indrawan)

Kegiatan membatik dimulai pertama sekali di tahun 2019 di Lapas Perempuan. Program ini telah  berjalan  sudah memasuki tahun ke-5. Partisipasi WPB terhadap membatik Ketika itu berjumlah 8 orang. Ketika program ini berlangsung dan difasilitasi oleh pertamina, maka diadakan pelatihan terkait membatik dari dasar, yang diikuti oleh WBP yang berminat pada kegiatan membatik. Kegiatan membatik ini, bermula di sungai Bulu sebelum dipindahkan lokasi di Sanggeti. Berawal keikutsertaan anggota 8 (delapan) orang kemudian bertambah peminat menjadi 10 (sepuluh) orang dan bertambah lagi, skarang berjumlah 20 orang, dengan fasilitas yang diberikan oleh PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Zona 1 Jambi Field diantaranya alat berupa kompor , panci, lilin/malam, alat canting, kain putih dan bahan baku pewarnaan alami.

Pada tahun 2019 tahun pertama, Pihak pertamina memberikan pelatihan Batik yang diikuti oleh 8 (dalapan) orang warga binaan pemasyarakatan.  Dan pada tahun itu juga Petamina ambil bagian melalui peralatan lengkap dan bahan baku seperti kompor , panci, lilin/malam, alat canting, kain putih dan bahan baku pewarnaan alami untuk membatik.

Untuk memulai kegiatan membatik diadakan juga pelatihan terkait batik yang dikuiti oleh 10  orang warga binaan pemasyarakatan.  Dan pada tahun  itu juga Lapas Perempuan Kelas II B Jambi sudah memiliki Gedung sendiri di wilayah Muara Jambi.  Sehingga seluruh warga binaan di Sungai Bulu pun di pindah kan di Sengeti di Kabupaten Muara Jambi.

Pada tahun kedua 2020 jumlah anggota yang tergabung dalam kelompok BLK  Lapas bertambah 15 orang. Selain itu juga, perusahaan juga mendirikan Pendopo Batik di Sangeti Muara Jambi di Lapas Perempuan Kelas II B Jambi, sebagai tempat kegiatan membatik untuk warga binaan pemasyarakatan.

Demi menjaga motivasi dan memang potensi batik yang dibuat warga binaan lapas memiliki kualitas mumpuni, maka mereka ikut ambil bagian dalam pameran batik di berbagai kesempatan yang diselenggaran di luar lapas.

Kreativitas para warga binaan terus tumbuh, sampai akhirnya saat pandemi Covid-19 batik dengan motif corona lahir dan langsung didaftarkan HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) dengan No. Pendaftaran IDD000058653 masa berlaku 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal penerimaan pemohon 14 Juli tahun 2020. Batik motif terbaru ini cukup mendapatkan sambutan sangat positif dari para pelanggan. Motif corona ini muncul dari ide gagasan warga binaan perempuan karena rasa rindu warga binaan terhadap keluarganya, yang mana pada kondisi tersebut tidak dapat bertatap muka langsung Bersama keluarganya.

Pada tahun  ketiga yaitu tahun 2021, selain secara berkala membantu dari sisi peralatan diadakan juga pelatihan peningkatan kapasitas warga binaan pemasyarakatan berupa pelatihan penguatan membatik, mencanting, pewarnaan yang diikuti oleh warga binaan yang telah lama bergabung, bahkan warga binaan yang baru bergabung, untuk meningkatkan skil keterampilan dasar. Selain pelatihan yang difasilitasi oleh Pertamina, dari lapas perempuan juga memberikan pelatihan kepada warga binaan lapas, yang bekerjasama dengan Zona 1 Jambi Field. Pelatihan yang difasilitasi terkait pembuatan desain batik. Olahan dari kain batik yang didesain untuk produk turunan, seperti baju dan lain-lain dengan menggandeng salah satu desainer kondang asal Jambi Edy Fa.

Pada tahun 2022 Pihak Lapas mengadakan pelatihan batik selama 21 (dua puluh satu) hari yang bekerja sama dengan Pihak BLK (Balai Latihan Kerja) Provinsi.  Pelatihan Batik tersebut di ikuti oleh 20 (dua puluh) orang warga binaan pekerja batik.  yang diajarkan adalah Teknik membatik cap dan Teknik pewarnan sustetis/kimia.

Adapun batik yang telah diproduksikan oleh Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) beragam macam dan jenisnya. Jenis batik yang diusung mengangkat kearifan local Jambi yang dituangkan kedalam seni membatik yang dibuat dengan berbagai macam model yang telah di patenkan. Pada tahun 2023 batik membuat motif motif terbaru yang di hak Ciptakan oleh pihak Lapas diantaranya ada Motif Batik Tulis Pian Puan yang memiliki filosofi melambangkan pegawai Lapas Perempuan Kelas IIB Jambi selalu memberikan pembinaan serta mengayomi Warga Binaan Pemasyarakatan, sehingga Warga Binaan Pemasyarakatan  dapat menghasilkan karya-karya yang mempunyai inovasi dan membanggakan.

Kamudian ada Motif Batik Tulis Jembatan Angso Dua memiliki filosifi yaitu merupakan pemersatu Wanita-wanita Jambi yang memiliki sifat dan karakter yang beragam dari setiap daerah, dimana meraka adalah Wanita-wanita hebat dan tangguh yang mampu menjalani rintangan kehidupan dengan tidak meninggalkan arti kesetiaan.

Motif Batik Tulis Quen Nanas  memiliki filosofi yaitu walaupun banyak duri dalam kehidupan yakinlah akhirnya akan manis juga Motif Batik Cahaya Resam memilki filosifi hiduplah seperti resam teruslah berjalan meskipun merambat tapi mempunyai tujuan yang pasti yang telah di hak Ciptakan.

Tentu ada Motif Corona memiliki filosofi rasa rindu warga binaan terhadap keluarganya, dikarenakan tidak dapat bertatap muka langsung. Seluruh motif yang telah dikembangkan di lapas telah memiliki Sertifikat Hak Desain Industri,  Memiliki Hak Desain Industri yang telah dilegalitas menjadi pedoman baku bagi lapas dalam mengembangkan dan menjalankan motif batik untuk pengembangan inovasi motif kain.

Mama Wulan adalah satu dari 22 anggota Balai Latihan Kerja (BLK) Lapas Perempuan IIB Jambi. Mereka dipilih dan diseleksi oleh petugas lapas untuk mengikuti berbagai kegiatan setiap hari di bangunan khusus di dalam lapas. Didalam bangunan sekitar 15 x 30 meter ini berbagai ketrampilan dilatih di sana, selain batik ada menjahit, tata boga, salon, ketrampilan membuat asesoris.

Selain membatik, warga binaan juga dilatih menjahit sehingga bisa menghasilkan berbagai produk fashion yang lebih bernilai. (Foto/Dok/Dunia Energi – Rio Indrawan)

Mama Wulan sendiri sudah kepincut dengan dunia batik. Selepas keluar dari Lapas tahun depan dia punya mimpi untuk meneruskan ilmu yang didapat di Lapas dan mengisi kehidupan barunya nanti dengan batik. Keinginannya tersebut bukan tanpa modal, karya dia dan teman-teman Lapas ternyata telah dikenal di kalangan masyarakat Jambi. Kain batik sudah dijual secara online melalui media sosial instagram (@karyalapasku). Para penghuni lapas lebih percaya diri dengan karya-karyanya yang diterima dengan sangat baik oleh masyarakat luas. Apalagi batik Lapas sering berseliweran di berbagai ajang pameran di Jambi dan sekitarnya.

“Sudah banyak yang beli online, keluarga, teman-teman saya beli kadang terima juga orderan baju ada tim menjahit juga kan,” ungkap Mama Wulan.

Menurutnya batik Jambi memiliki khas dan berbeda dari batik di Pulau Jawa. Jika di Jawa dari sisi desain sangat terafiliasi dengan budaya leluhur tanah Jawa maka untuk batik Jambi lebih bebas. Mama Wulan berniat untuk meningkatkan kualitas kain batik yang dihasilkannya.

“Kalau sudah keluar nanti belajar dulu produk seperti apa. Karena batik itu seni, penilaian orang berbeda-beda, apalagi kalau ditambah rajin promosi harga mahal aja dibeli apalagi kalau kualitasnya juga bagus,” kata Mama Wulan.

Ria Rahmawati, Kepala Seksi Bimbingan Napi Anak Didik dan Kegiatan Kerja Lapas Perempuan IIB Jambi, menjelaskan produk-produk hasil BLK memang dipasarkan ke masyarakat umum. Hal tersebut sangat positif karena bisa membangun kepercayaan diri untuk memulai hidupnya nanti setelah keluar dari masa tahanan. “hasil penjualannya itu 25% premi warga binaan (penghuni lapas), sebagian ke PNBP Lapas, lalu juga dana pembinaan, jadi ada besaran persentasenya,” jelas Ria.

Afrianto, Communcation Relation dan CID & CID Officer PHR Zona 1, menjelaskan selama ini ada stigma negatif bagi warga binaan yang telah keluar dari Lapas. Pertamina meyakini bahwa dengan pengembangan kreativitas para warga binaan tetap bisa berkarya secara positif serta mampu melanjutkan kehidupan secara mandiri.

“Kedepan kami harap setelah lepas dari LP mereka punya keterampilan kehalian kembangkan diri. Kita juga tahu stigma masyarakat terhadap warga yang lepas dari Lapas itu negatif kita bersama para stakeholder mau mengubah stigma itu, bahwa orang mantan Lapas bisa berkarya,” ujar Afrianto.

Pertamina memang dikenal tidak mau setengah-setengah untuk urusan pembinaan warga. Tidak berhenti sampai di lingkungan Lapas, pada tahun ini rencananya juga akan dibentuk lembaga khusus yang akan menjadi wadah para “alumni” warga binaan Lapas Perempuan IIB Jambi untuk mengembangkan karyanya sehingga bisa mandiri secara ekonomi.

Melly Kurniati, salah satu alumni Lapas IIB Jambi saat berbincang dengan Dunia Energi menyambut baik niar Pertamina yang bakal merangkul mantan warga binaan Lapas. Menurutnya dukungan pasca keluar dari masa tahanan sangat penting dan krusial agar para mantan warga binaan Lapas tidak jatuh ke “lubang” yang sama.

“Kalau memag ada lembaga nanti senang sekali. Jadi bisa lanjut mau juga batik lagi, masak tata boga,” ujar Melly.

Saat ini proses pembentukan lembaga tersebut sedang dikoordinasikan dengan Kementerian Hukum dan HAM Provinsi Jambi.

Siapapun di dunia ini memiliki kesempatan hidup yang sama dan setara. Pun demikian dengan para warga binaan Lapas. Apa yang terjadi di masa lalu bukan untuk dihakimi. Sekarang kita hanya bisa ikut ambil bagian menata kehidupan yang dijalani selepas keluar dari Lapas. Bukan hal mudah, tapi Pertamina memilih untuk berada di posisi itu sebagai komitmen perusahaan bisa hadir ditengah masyarakat. Sekali lagi apa yang dilakukan oleh Pertamina menunjukkan dimana ada niat baik kesempatan untuk hidup lebih baik bisa dibuat. (RI)