JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) menjadi salah satu perusahaan yang terkena dampak pandemi Covid-19.  Penjualan gas PGN sepanjang kuartal I 2020 turun 15% atau anjlok hingga 68,8 BBTUD dibanding periode yang sama tahun lalu.

Arcandra Tahar, Komisaris Utama PGN,  mengatakan meskipun tantangan PGN pada semester I tahun ini cukup berat dengan adanya pandemi Covid-19 dan tren penurunan konsumsi gas, manajemen PGN  tidak boleh tinggal diam. Langkah antisipasi terhadap pergerakan harga minyak dan gas serta perkembangan dari kondisi pandemi Covid-19 harus tetap disiapkan.

Sejauh ini beberapa langkah dilakukan PGN. Pertama, mengobservasi dampak Covid-19 terhadap demand yang muncul. Kedua, jika pandemi Covid-19 selesai recovery yang dibutuhkan berapa lama dan seperti apa.

“Ketiga menyangkut setelah recovery harga minyak dan gas seperti apa, apakah bisa dilakukan analisa secepatnya, berapa akurat tergantung akurasi predikat?  Kami melakukan sensitivity, semua kejadian diukur kemudian dibikin strategi,” kata Arcandra kepada Dunia Energi, belum lama ini.

Lebih lanjut dia menuturkan salah satu skenario telah disiapkan misalnya ketika demand tidak tumbuh atau justru turun apakah perlu untuk mengevaluasi rencana investasi dan fokus pada penyelesaian project yang prioritas.

“Apa yang harus dilakukan, apakah harus evaluasi investasi yang akan atau sedang berjalan atau skala investasi dikecilkan,
Jadi ke depan fokus kepada proyek yang memberikan nilai tambah yang cepat,” ungkap dia.

Salah satu proyek utama yang dikerjakan dan menjadi prioritas PGN adalah pembangunan pipa hilir di Blok Rokan yang dieksekusi oleh anak usahanya PT Pertamina Gas (Pertagas).

Menurut Arcandra, selain untuk jadi prioritas program PGN, pengerjaan pipa hilir ini juga berdampak positif bagi industri baja dan pipa dalam negeri di tengah lesunya kegiatan seperti sekarang. Adanya pembangunan pipa hilir Rokan tentu diharapkan jadi stimulus agar roda perekonomian tetap bergerak.

Pipa tersebut menghubungkan beberapa lapangan, yakni Minas-Duri-Dumai dan Batam-Bangko-Dumai. Penggantian pipa diperlukan sebelum Blok Rokan beralih ke Pertamina karena pipa eksisting sudah berumur terlalu tua dan berpotensi menggaggu produksi Blok Rokan jika terus digunakan. Pertamina menargetkan pembangunan pipa hilir ini bisa selesai pada Agustus 2021 sebelum kontrak Chevron berakhir.

“Pipa oil Rokan itu salah satu jadi prioritas PGN juga ada beberapa projects yang jadi prioritas, ini membantu industri dalam negeri baja, industri pipa,” ujar Arcandra.

Namun demikian dia menegaskan bahwa ke depannya ada dua poin utama yang wajib dipenuhi pertama pelaksanaan pengerjaan proyek infrastruktur gas PGN akan berbasis teknologi yang berujung pada peningkatan efisiensi operasi. “Kalau kami bangun pipa yang punya unsur teknologi, dari sisi kontrol misalnya. Lalu seperti terminal LNG Teluk Lamong juga sama, apa teknologi yang bisa buat efisien,” ungkap Arcandra.

Poin berikutnya yang harus dipenuhi adalah dari sisi komersial artinya diharapkan project-peoject memberikan return yang baik bagi PGN.

Selanjutnya adalah sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PGN harus siap menjalankan penugasan dari pemerintah. “Fokus kita ketiga adalah kalau ada penugasan pemerintah harus sebisa mungkin kita laksanakan,” kata Arcandra.

Kini PGN telah mengelola panjang pipa ±10.000 KM. Dari infrastruktur tersebut, PGN mendistribusikan gas bumi sebesar 3000 BBTUD ke ± 2.475 pelanggan komersial industrI dan pembangkit listrik dan 1.566 Pelanggan Kecil.

Salah satu penugasan pemerintah yang jadi peluang untuk kembangkan bisnis PGN juga misalnya adalah pembangunan jaringan gas rumah tangga dimana dalam lima tahun pemerintah mematok target jargas mencapai 4 juta sambungan. Selain itu PGN juga menerima mandat untuk gasifikasi PLTD di 52 lokasi pembangkit listrik PLN.

Ke depan, PGN memperluas utilisasi gas bumi melalui pembangunan infrastruktur pemanfaatan gas bumi seperti proyek LNG Teluk Lamong Jawa Timur, Jargas Rumah Tangga, gasifikasi Kilang Minyak Pertamina serta ekspansi bisnis LNG.

“Semua market (LNG) dalam dan luar negeri bagian dari strategi pengembangan energi PGN ke depan,” kata Arcandra.(RI)