JAKARTA – Setelah membukukan kerugian dalam dua tahun terakhir, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), badan usaha milik negara di sektor pertambangan, memproyeksikan bisa membukukan laba bersih pada tahun ini. Apalagi hingga tiga bulan pertama 2016, perseroan membukukan laba bersih Rp5,29 miliar dibanding periode yang sama tahun yang mencatat rugi bersih hingga Rp240,20 miliar.

“Kita optimistis bisa mempertahankan kinerja kuartal I hingga akhir 2016,” ujar Dimas Wikan Pramudhito, Chief Financial Officer Aneka Tambang atau Antam, baru-baru ini.

Menurut Dimas, langkah yang dilakukan perseroan tidak hanya sekedar memangkas biaya, namun lebih kepada inovasi. Salah satunya dalam pengadaan bahan bakar yang merupakan komponen ketiga terbesar dari biaya produksi melalui vendor health stock. Jika sebelumnya Antam membayar dimuka marine fuel oil (MFO), saat ini pembayaran MFO dilakukan setelah digunakan.

Selain itu, Antam juga melakukan perubahan tujuan pasar feronikel untuk mengurangi biaya transportasi. Jika sebelumnya tujuan produk feronikel perseroan lebih dominan ke negara-negara Eropa, sekarang dirubah ke negara-negara Asia, seperti China dan Taiwan. “Jika kita mengapalkan feronikel ke Eropa modal kerja yang dibutuhkan misalnya hingga 90 hari, sementara jika digeser ke Asia hanya butuh modal kerja 30 hari,” ungkap dia.

Antam juga akan bisa mengurangi biaya energi melalui pengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 2×30 megawatt (MW) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara.

Pada tahun lalu, Antam mencatat rugi bersih Rp1,44 triliun, membengkak dibanding kerugian pada 2014 sebesar Rp790,79 miliar. Kerugian tersebut disebabkan peningkatan beban pokok penjualan dan beban keuangan. Selain itu, bagian kerugian entitas asosiasi dan ventura bersama serta kerugian lainnya yang membesar ikut menekan kinerja keuangan Antam.

Penjualan Emas

Antam pada tahun ini juga mengintensifkan penjualan emas ke India dan negara-negara Asia lainnya untuk mengejar target penjualan sebesar 11 ton emas. Negara-negara yang sudah memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan Indonesia menjadi prioritas utama karena ekspor emas Antam tidak kena pajak, sehingga menguntungkan.

“Hingga Mei 2016, penjualan emas Antam sudah mencapai empat ton,” kata Direktur Pemasaran Antam, Hari Widjajanto.

Pada tahun 2015 dari total penjualan emas Antam 14 ton, sebanyak 8,1 ton diekspor ke India, 3,4 ton ke Singapura, dan sisanya Malaysia serta ke pasar domestik. Dari dua lokasi penambangan emas di Pongkor dan Cibaliung, Antam menargetkan produksi emas 2,45 ton, atau naik dari 2015 sebesar 2,2 ton. Dari total target tersebut, sebesar 1,45 ton dihasilkan dari tambang Pongkor dan sisanya 1 ton dari Cibaliung.(AT)