JAKARTA – PT Amman Mineral Industri (AMIN) menerbitkan Letter of Intent (LoI) untuk Konsorsium NFC (China Non-ferrous Metal Industry’s Foreign Engineering and Construction Co., Ltd) sebagai kontraktor Engineering, Procurement dan Construction (EPC), dan NERIN (China Nerin Engineering Co., Ltd.) sebagai penyedia layanan teknis, untuk pembangunan Proyek Smelter Amman di Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat berdasarkan Lump Sum Turn Key.

Rachmat Makkasau, Presiden Direktur AMIN, mengungkapkan bahwa proses ini telah berlangsung cukup lama dan penuh tantangan. “Dalam proses bidding dan negosiasi, kedua belah pihak telah menyetujui rangkaian pekerjaan yang harus dipenuhi oleh kontraktor EPC. Berikut dengan ketentuan teknis serta komersial untuk kontrak. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah bersabar dan gigih untuk menjalani proses bidding ini, di tengah tantangan yang begitu besar akibat pandemi COVID-19,” ungkap Rachmat, Senin (26/7).

NFC dan Nerin sebagai Konsorsium Kontraktor EPC terpilih, pada saat memasuki Kontrak EPC LSTK, akan mengerjakan berbagai cakupan kerja, mulai dari desain, engineering, procurement, fabrikasi struktur dan instalasi, konstruksi sipil, hingga commissioning, memulai jalannya operasional, serta meningkatkan kapasitas desain pabrik.

Qin Junman, Presiden NFC, mengatakan bahwa dengan penandatanganan LoI ini, maka bisnis NFC semakin terjalin kuat dengan Indonesia. Terlepas dari tantangan selama pandemi COVID-19, saya yakin bahwa proyek smelter Amman akan menambah daftar proyek yang sukses dikerjakan oleh NFC dan NERIN di skala internasional.

“Dengan dukungan pemerintah Indonesia dan kemitraan kami dengan Amman, kami berkomitmen penuh dan yakin bahwa proyek ini akan menjadi langkah maju yang signifikan bagi kedua belah pihak,” ujar Qin Junman.

Ridwan Djamaluddin, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara, Kementerian ESDM, menyampaikan bahwa penandatanganan LoI ini menunjukkan upaya Amman untuk membangun fasilitas ini sesuai dengan yang telah diamanahkan pemerintah.

“Proyek smelter merupakan salah satu dari Peoyek Strategis Nasional, tentunya hal ini akan membawa energi positif untuk negara kita, terutama di tengah pandemi COVID-19 saat ini. Kami berharap agar smelter ini bisa membawa multiplier effect bagi wilayah sekitarnya,” ujar Ridwan.

Berdasarkan verifikasi 6 bulanan pada Januari 2021 lalu, total kemajuan fisik smelter mencapai 26,6% dari target yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar 26,7% atau 99,35% dari target yang ditetapkan antara Agustus 2020 hingga Januari 2021. Keberadaan smelter berkapasitas 0,9 juta ton per tahun (mtpa) ini juga akan mendukung posisi Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai wilayah dengan teknologi pertambangan mutakhir dalam peta dunia.

Rachmat menekankan bahwa pihaknya akan terus berupaya keras untuk berkontribusi bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa dan negara Indonesia.

“Kementerian ESDM, Pemerintah Provinsi NTB, dan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, terus memberikan dukungan dan bimbingan selama proses pembangunan smelter ini. Kami berharap akan terus mendapatkan dukungan untuk kelanjutan proyek ini,” kata dia.(RA)