Blok Mahakam

JAKARTA – PT Pertamina (Persero) tidak akan mengubah proposal penawaran untuk menjadi mitra dalam pengelolaan Blok Mahakam kepada PT Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation. Dalam proposal tersebut, Pertamina hanya memberikan penawaran hak partisipasi sebesar 30 persen kepada Total dan Inpex.

“Kemarin Pak Jonan (Menteri ESDM) bilang bisa sampai 39 persen, silahkan ditanyakan ke Pertamina. Tapi kami tetap pada skema awal, tidak ada perubahan,” kata Syamsu Alam, Direktur Hulu Pertamina kepada Dunia Energi.

Syamsu menambahkan opsi join operator juga tidak dibicarakan karena Pertamina sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk menjadi operator di Blok Mahakam pasca berakhirnya kontrak Total pada Desember 2017.

Tahun ini, lanjut dia, menjadi masa-masa yang cukup krusial karena tepat 1 Januari 2018, Pertamina akan menjadi operator dan mengelola Blok Mahakam. Apalagi setelah dilakukan studi, kondisi lapangan Blok Mahakam yang sudah tua dan diperkirakan akan mengalami penurunan produksi alamiah yang besar (decline), jika tidak dilakukan maintenance.

“Kita semua tahu, kondisi reservoir di sana akan terjadi decline produksi cukup tajam, apabila tidak ada aktivitas pengeboran. Kita sudah antisipasi cukup lama sebetulnya, sehingga muncul kesepakatan dengan Total sebagai operator existing, sehingga kita bisa melakukan investasi lebih awal di 2017,” ungkap Syamsu.

Total dan Inpex menjadi operator pengelola Blok Mahakam sejak 1966. Sejak saat itu, blok yang meliputi lapangan gas Peciko, Tunu, Tambora, Sisi – Nubi dan South Mahakam, lapangan minyak Bekapai dan Handil menjadi salah satu penyumbang terbesar produksi migas nasional.

Rata-rata produksi tahunan wilayah kerja Mahakam saat ini adalah gas sebesar 1.635 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) serta minyak bumi sebesar 63.000 barrel oil per hari (BOPD).

Total dan Pertamina sebelumnya berencana pada tahun ini akan melakukan pengeboran di 25 sumur, dengan enam sumur milik Total dan sisanya sebanyak 19 sumur milik Pertamina yang dieksekusi Total dengan dana dari Pertamina sebesar US$ 190 juta.

Namun demikian rencana 19 sumur yang telah direncanakan tidak dapat dieksekusi semua karena terbentur regulasi perpajakan. Pasalnya, Pertamina memberikan dana investasi bukan kepada perusahaan jasa migas.

“Sehingga akhirnya kita dalam tim ada Total, SKK Migas, Pertamina, tim evaluasi, kita paling optimal bisa bor antara 6-8 sumur,” ungkap Syamsu.

Syamsu mengatakan Total pada kuartal I 2017 sudah menyelesaikan aktivitas pengeboran di enam sumur. Sementara untuk delapan sumur milik Pertamina akan mulai dilakukan pengeboran pada April mendatang. “Untuk delapan sumur kita mulai ngebor pada April,” katanya.

Meskipun investasi awal di Mahakam meleset dari rencana awal, upaya menekan penurunan produksi diyakni masih bisa dilakukan karena masih ada aktivitas pada tahun ini. Selain itu Pertamina akan meningkatkan programnya pada 2018, saat Blok Mahakam sudah secara penuh dikelola.

“Sekarang tim ini sedang menyiapkan, sehingga kalau 2017 kita melakukan pemboran delapan sumur, pada awal 2018 kita sudah bisa memperbanyak jumlah sumur. Karena untuk pemboran juga kita tidak bisa langsung pasang rig di sana, harus ada site preparation dan segala macam,” kata Syamsu.(RI)