DEPOK- Tiga mahasiswa dari Program Studi Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia menemukan cara mendeteksi lokasi berpotensi minyak menggunakan metode pengamatan fenomena rembesan mikro hidrokarbon, melalui citra satelit Landsat 8 dan Sentinel 2.

Ketiga mahasiswa Prodi Geografi FMIPA UI tersebut adalah Muhammad Iqbal Januadi Putra, Diki Nurul Huda, dan Fida Afdhalia. Mereka melakukan penelitian di bawah bimbingan Supriatna, dan MT Muhammad Iqbal, keduanya dosen Geografi UI.

Salah satu rig PDSI sedang tajak sumur di lapangan migas onshore yang dikelola Pertamina EP (foto: dudi rahman/dunia-energi)

“Fenomena rembesan mikro hidrokarbon minyak dan gas merupakan fenomena umum terjadi pada wilayah dengan keberadaan reservoir minyak dan gas bumi onshore, dan keberadaan rembesan ini biasanya ditandai oleh beberapa gejala anomali yang peka terhadap spektrum panjang gelombang tertentu sehingga dapat dideteksi oleh citra satelit,” kata Ketua Tim Muhammad Iqbal di Kampus UI, Depok, Senin (13/8) seperti dikutip antaranews.com.

Metode baru dalam proses pendeteksian oleh ketiga mahasiswa UI itu menjanjikan keuntungan lebih besar karena prosesnya cepat, dapat dilakukan pada berbagai skala, berisiko rendah, dan lebih murah jika dibandingkan dengan metode eksplorasi konvensional (dengan menggunakan metode seismik, evaluasi geologi subsurface, dan komputasi data geofisika) yang terbukti memakan biaya mahal dan berisiko cukup tinggi.

Iqbal mengaku terinspirasi mendeteksi reservoir minyak dan gas onshore dengan menggunakan citra Landsat 8 dan Sentinel 2. Kedua citra satelit tersebut belum pernah dilakukan dan digunakan oleh siapa pun sebelumnya.

Dalam proses penelitian, Muhammad Iqbal dan tim memilih Wilayah Kerja PT Pertamina Hulu Energi Jambi Merang, di Provinsi Sumatera Selatan sebagai tempat penelitiannya, guna mendeteksi adanya reservoir minyak dan gas onshore.

Hasil penelitian menunjukkan adanya indikasi fenomena rembesan mikrohidrokarbon di wilayah Jambi Merang. Sebanyak 64,4 persen luas wilayah rembesan mikro hidrokarbon hasil pengolahan citra Landsat 8 dan 78,6 persen luas wilayah rembesan mikro hidrokarbon hasil pengolahan citra Sentinel 2.

Penelitian yang dilakukan ketiga mahasiswa itu diharapkan menjadi solusi atas permasalahan menurunnya cadangan migas di Indonesia melalui sumbangsih dalam metode eksplorasi yang jauh lebih murah, cepat, dan berisiko rendah.

Dia berharap ke depan dapat dengan mudah ditemukan sumber-sumber cadangan migas baru di Indonesia.

Sebelumnya, Wakil Menteri Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menyebut saat ini Indonesia memiliki cadangan terbukti minyak bumi sekitar 3,3 miliar barel. Dengan asumsi produksi konstan 800.000 per hari tanpa adanya temuan cadangan baru, dalam 11 hingga 12 tahun ke depan Indonesia tidak mampu memproduksi minyak bumi lagi.

“Ini mungkin tidak 11-12 tahun kedepan karena produksi akan turun. Tahun depan mungkin turun menjadi 700.000 (bph) dan seterusnya,” ujar Arcandra beberapa waktu lalu.

Menurut dia, faktor teknologi dan temuan cadangan baru, merupakan kunci keberlangsungan produksi minyak bumi di Indonesia. Teknologi eksploitasi minyak bumi saat ini hanya dapat mengambil 40-50% cadangan minyak dari dalam perut bumi.

“Sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa menguras lebih. Selama anak cucu kita bisa menemukan teknologi itu, kita tidak akan bisa memproduksi lebih dari itu. Untuk gas lebih baik, kita masih (memiliki cadangan) 25-50 tahun ke depan,” ungkapnya.

Menurut dia, cadangan terbukti minyak Indonesia yang mencapai 3,3 miliar barel tersebut bukanlah cadangan yang melimpah. Bila dibandingkan dengan cadangan terbukti minyak dunia, hanya setara dengan 0,2 persen. Selain itu, Reserve Replacement Ratio (RRR) Indonesia juga dinilai masih rendah.

“Kita hanya mampu reserve replacement ratio 50 persen. Itu adalah rasio berapa banyak yang kita ambil terhadap berapa banyak (cadangan minyak) yang kita temukan. Kita dua kali lebih banyak mengambil daripada menemukan, sementara negara-negara tetangga RRR-nya banyak yang diatas 100 persen,” katanya. (DR)