JAKARTA – Lapangan Jangkrik yang dikelola ENI Indonesia melalui ENI Muara Muara Bakau BV mulai memproduksi gas secara optimal hingga mencapai rata-rata 600 ribu kaki kubik per hari (MMSCFD). Realisasi produksi tersebut dapat dicapai menyusul rampungnya fasilitas produksi gas lapangan Jangkrik di area Fasilitas Penerimaan Darat (Onshore Receiving Facility/ORF) di Kelurahan Handil Baru, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan dalam perencanaan awal produksi Lapangan Jangkrik hanya dipatok sebesar 450 MMSCFD. Namun ENI mampu menjawab tantangan pemerintah untuk bisa meningkatkan produksi hingga mencapai kapasitas maksimal fasilitas produksi yang dimiliki.
“Produksi yang ditargetkan dari blok ini adalah sebesar 450 MMSCFD atau setara dengan 75 ribu barel minyak per hari, sekarang produksinya di atas 600 ribu MMSCFD,” kata Jonan, Selasa (31/10).
ENI melalui Lapangan Jangkrik menjadi salah satu Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dengan kontribusi terbesar di tanah air. Produksi gas 600 MMSCFD jika dikonversikan minyak setara dengan 100 ribu barel minyak per hari. Jika di total produksi minyak dan gas Indonesia setara minyak sekitar dua juta barel setara minyak per hari yang mencakup 800 ribu minyak dan 1,2 juta gas.
“Sekarang operasi FPU Jangkrik menambah 100 ribu barel per hari, tambahnya lima persen,” kata Jonan dalam keterangan tertulisnya.
Saat ini Eni Muara Bakau BV memiliki hak partisipasi sebesar 55% di Lapangan Jangkrik. Sisanya, dikuasai  Engie sebesar 33,3% dan sebanyak 11,7% dikuasai  anak usaha PT Perusahaan Gas Negara (Persero)  Tbk atau PGN,  yakni PT Saka Energi Muara Bakau.
Selain mengepresiasi peningkatan produksi di Jangkrik, Jonan juga menyambut baik efisiensi waktu yang dilakukan ENI sehingga target penyelesaian proyek hingga on stream juga menjadi lebih cepat. Efisiensi waktu tersebut juga memberikan dampak signifikan terhadap biaya yang dikeluarkan.
“Muara Bakau yang dikelola ENI luar biasa. Gas ini lebih cepat kira-kira enam bulan dari yang direncanakan. Dari empat  tahun jadi 3,5 tahun,” ungkap dia. .
Fabrizio Trili,  Managing Director Eni Muara Bakau,  mengatakan kesuksesan proyek Jangkrik diharapkan bisa menjadi awal baru yang positif bagi industri migas di Indonesia. Serta mampu menjadi milestone untuk kesuksesan proyek-proyek lain.
“Ini contoh bagaimana kerja sama yang baik dalam mewujudkan kepercayaan dari seluruh stakeholder serta masyarakat Indonesia. Blok Jangkrik menjadi milestone, karena merupakan proyek gas laut dalam pertama di Indonesia,” kata Trili.(RI)